Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebudayaan bukan sekadar warisan masa lalu yang disimpan di museum atau dirayakan dalam festival, tetapi fondasi yang membentuk cara berpikir, bertindak, dan berinteraksi di tengah dunia yang terus berubah.
Oleh karena itu, Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supadma Rudana (PSR) menegaskan kebudayaan harus ditempatkan sebagai landasan dalam pembangunan nasional, terutama pada sektor ekonomi, pendidikan, pertahanan, dan diplomasi.
Menurutnya, peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke-80 tahun perlu dimaknai sebagai momentum refleksi sejarah sekaligus penguatan peran kebudayaan bagi masa depan bangsa. Sebab, ia memandang kebudayaan sebagai sokoguru utama dalam membangun karakter dan jati diri Indonesia.
“80 tahun bukan sekadar usia, melainkan bukti ketahanan kita sebagai bangsa besar yang lahir dari keberagaman. Dengan lebih dari 1.300 suku, ratusan bahasa, dan budaya yang luar biasa kaya, Indonesia telah membuktikan bahwa persatuan dalam perbedaan adalah kekuatan sejati kita,” ujar Putu dalam keterangannya, Senin (18/8).
Baca Juga: Pemprov Jakarta tengah Merancang Jakarta sebagai Kota Perfilman
Putu menekankan bahwa capaian Indonesia tidak lepas dari jasa para pendiri bangsa. Memasuki usia 80 tahun kemerdekaan, ia menyebut Indonesia tengah berada pada fase elevasi baru di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Ia menilai visi Astacita Presiden menuju Indonesia Emas 2045 hanya bisa terwujud bila kebudayaan dijadikan landasan dalam ekonomi, pendidikan, pertahanan, dan diplomasi. Menurutnya, Presiden Prabowo memiliki komitmen kuat untuk menempatkan kebudayaan sebagai fondasi masa depan bangsa.
Tokoh budaya asal Bali itu juga menyoroti lahirnya Kementerian Kebudayaan sebagai lembaga mandiri. Ia menyebut hal tersebut sebagai terobosan bersejarah yang untuk pertama kalinya menempatkan kebudayaan pada posisi strategis dalam tata kelola negara, sesuai amanat Pasal 32 UUD 1945. Langkah ini disebut belum pernah diwujudkan oleh tujuh presiden sebelumnya.
Baca Juga: Pertemua Prabowo-Endorgan Hasilkan Kerja Sama Dibidang Bencana - Kebudayaan
Putu juga menyambut positif penetapan 17 Oktober sebagai Hari Kebudayaan Nasional. Baginya, keputusan itu mencerminkan komitmen terhadap peradaban bangsa sekaligus sejalan dengan semangat Bung Karno dan nilai Bhinneka Tunggal Ika, di mana perbedaan dipandang sebagai kekuatan.
Lebih jauh, ia menilai penetapan hari nasional ini tidak hanya bentuk pengakuan terhadap kekayaan budaya Nusantara, tetapi juga instrumen penting bagi diplomasi budaya Indonesia di dunia internasional.
Sebagai Ketua Umum AMI, Putu menegaskan komitmennya untuk terus menggaungkan puncak-puncak kebudayaan daerah ke tingkat global. Ia menekankan bahwa kebudayaan merupakan soft power yang strategis dan harus menjadi elemen penting dalam pembangunan ekonomi, politik, pertahanan, pendidikan, serta kehidupan berbangsa.
“Kebudayaan bukan hanya sekadar warisan, melainkan kekuatan strategis yang bisa membawa bangsa ini menjadi pemain utama di panggung dunia.” pungkasnya.
Selanjutnya: Wall Street Bergerak Tipis, Investor Tunggu Laporan Ritel dan Pidato Powell
Menarik Dibaca: Simak Manfaat Spirulina untuk Tumbuh Kembang Anak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News