kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.591.000   6.000   0,38%
  • USD/IDR 16.340   25,00   0,15%
  • IDX 7.182   11,08   0,15%
  • KOMPAS100 1.058   -1,55   -0,15%
  • LQ45 834   0,83   0,10%
  • ISSI 213   -0,32   -0,15%
  • IDX30 430   0,42   0,10%
  • IDXHIDIV20 513   2,60   0,51%
  • IDX80 121   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 123   -0,29   -0,24%
  • IDXQ30 141   0,25   0,18%

Amerika Serikat di Era Trump 2.0, CSIS: Dari Polisi Dunia Jadi Preman Dunia


Selasa, 21 Januari 2025 / 17:13 WIB
Amerika Serikat di Era Trump 2.0, CSIS: Dari Polisi Dunia Jadi Preman Dunia
ILUSTRASI. Jika dulu AS sering mengatur dunia melalui kesepakatan internasional, kini mereka cenderung menekan negara lain untuk memenuhi kepentingannya. Chip Somodevilla/Pool via REUTERS


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintahan baru Presiden Donald Trump diprediksi akan membawa perubahan besar dalam kebijakan luar negeri dan ekonominya.

Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengibaratkan, terjadi pergeseran peran Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Trump, yang menurutnya berubah dari polisi dunia menjadi preman dunia.

Jika dulu AS sering mengatur tata kelola dunia melalui aturan dan kesepakatan internasional, menurut Yose, kini mereka lebih cenderung menekan negara-negara lain untuk memenuhi kepentingannya sendiri.

"Kita jokingly mungkin bisa dibilang ya, secara bercanda  bisa dibilang bahwa kalau dulu kita selalui komplain karena AS menempatkan diri sebagai polisi dunia, mengatur dunia dan mencoba memberikan rambu-rambu dunia, tapi ke depannya mungkin kita harus mengantisipasi ketika AS menjadi preman dunia," ujar Yose dalam Media Briefing, Selasa (21/1).

Baca Juga: Indonesia Perlu Identifikasi Sektor Strategis untuk Respons Kebijakan America First

"Preman ini artinya memang maunya hanya menekan kepada berbagai negara-negara lainnya untuk mengikuti keinginan atau mengikuti interest mereka," imbuhnya.

Yose memperkirakan Trump akan lebih berani dan kontroversial dibandingkan masa jabatan sebelumnya.

Yose menyoroti langkah awal Trump yang agresif, termasuk menandatangani sejumlah eksekutif order dalam waktu kurang dari 24 jam sejak dilantik, sebagai sinyal bahwa pemerintahannya ingin merealisasikan janji-janji kampanye.

Menurutnya, kebijakan-kebijakan Trump mendapat dukungan luas, baik dari Kongres yang dikuasai Partai Republik maupun sektor bisnis Amerika Serikat.

Dukungan ini menciptakan landasan yang solid bagi Trump untuk mengambil langkah-langkah ekonomi yang lebih agresif dan mengutamakan kepentingan domestik.

Baca Juga: Surplus Dagang Indonesia Jadi Sasaran Kebijakan Tarif Trump 2.0  

"Yang tadinya (perusahaan) di pemerintahan pertama Trump tidak terlalu mendukung kebijakan-kebijakan ini, ini sekarang pun juga sudah mendekat dan sudah berusaha mendukung arah ke sana. Jadi ada kecenderungan dukungan yang kuat juga dari dunia usaha," katanya.

Salah satu hal yang menjadi perhatian utama Yose adalah semakin terweaponisasinya kebijakan ekonomi Amerika Serikat. Trump diperkirakan akan memanfaatkan instrumen ekonomi seperti kenaikan tarif impor, sanksi ekonomi, hingga kebijakan unilateral lainnya untuk menekan negara-negara mitra.

Selanjutnya: Pidato Lengkap Donald Trump Usai Resmi Dilantik Jadi Presiden AS

Menarik Dibaca: Promo Alfamidi Ngartis Periode 16-31 Januari 2025, Plossa Beli 1 Gratis 1

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×