kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.299.000   5.000   0,22%
  • USD/IDR 16.585   5,00   0,03%
  • IDX 8.258   6,92   0,08%
  • KOMPAS100 1.128   -3,16   -0,28%
  • LQ45 794   -6,53   -0,82%
  • ISSI 295   3,34   1,15%
  • IDX30 415   -3,30   -0,79%
  • IDXHIDIV20 467   -5,39   -1,14%
  • IDX80 124   -0,60   -0,48%
  • IDXV30 134   -0,53   -0,39%
  • IDXQ30 130   -1,48   -1,13%

Aliran Modal Asing Masih Tertekan, Rupiah Diproyeksi Stabil di Akhir Tahun


Minggu, 12 Oktober 2025 / 15:26 WIB
Aliran Modal Asing Masih Tertekan, Rupiah Diproyeksi Stabil di Akhir Tahun
ILUSTRASI. Hingga 10 Oktober, terlihat aliran keluar dana asing di pasar keuangan Indonesia masih sekitar US$ 11 miliar


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Aliran dana asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia dinilai masih menunjukkan tren kontras sepanjang tahun berjalan 2025.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, hingga 10 Oktober 2025, investor asing masih mencatat net inflow ke pasar obligasi secara year to date (YTD) senilai sekitar US$ 4,22 miliar.

Namun, pada saat yang sama terjadi net outflow di pasar saham mencapai sebesar US$ 6,61 miliar dan di instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) mencapai US$ 8,30 miliar. Secara kumulatif, total net outflow hampir US$ 11 miliar.

“Keluarnya dana dari Indonesia saat dolar menguat, ditambah pelemahan diferensial imbal hasil terhadap AS,” tutur Josua kepada Kontan, Minggu (12/10/2025).

Selain itu, Josua juga mencatat, dalam sepekan yang sama aliran di Asia memang mengalami arus modal asing masuk yang terbtas, sementara di Indonesia hanya mencatat inflow kecil ke ekuitas, namun terjadi outflow di obligasi.

Baca Juga: Intip Proyeksi Pergerakan Rupiah untuk Senin (13/10)

Sementara itu, spread imbal hasil surat utang negara (SUN) 10 tahun terhadap US Treasury (UST) menyempit. Serta pembayaran imbal hasil untuk tenor 2 tahun dan 10 tahun Indonesia terhadap AS juga menyempit, menandakan daya tarik carry trande mereda.

Josua mencatat, pada 10 Oktober 2025, imbal hasil SUN 10 tahun turun ke 6,12% dan selisih 10 tahun Indonesia dengan AS turun tajam, menggambarkan tekanan pada premi risiko domestik di tengah penguatan dolar AS.

Josua memperkirakan hingga akhir tahun, pasar obligasi masih berpotensi mencatat tambahan net inflow moderat sekitar US$ 1 miliar hingga US$ 2 miliar pada akhir kuartal IV 2025, seiring ekspektasi penurunan suku bunga global dan dan kebutuhan suplai SBN yang ditopang permintaan domestik (bank) sehingga volatilitas harga SUN cenderung menurun.

“Namun ruangnya terbatas karena spread terhadap UST yang kian menyempit dan sentimen global yang mudah berubah,” ungkapnya.

Selanjutnya, Josua juga memperkirakan saham kemungkinan tetap menghadapi net outflow tambahan sekitar US$ 0,5 hingga US$ 1,5 miliar, mengingat sentimen risiko global rapuh dan investor masih menunggu kejelasan bauran kebijakan pro-pertumbuhan pemerintah.

Selain itu, SRBI juga berpotensi melanjutkan tren net outflow sekitar US$ 1 miliar hingga US$ 2 miliar.

“Secara total, net outflow 2025 kami perkirakan berada di kisaran US$ 11,5 miliar hingga US$ 13 miliar, searah outflow didorong kombinasi pro-growth stance, pelemahan diferensial suku bunga, dan intervensi stabilisasi.” ujarnya.

Baca Juga: Aliran Modal Asing Masuk Rp 6,43 Triliun di Pekan Pertama Oktober 2025

Dari sisi eksternal, Josua menilai, sentiment akan muncul dari penguatan dolar AS dipicu gejolak politik di Jepang dan Prancis, tertundanya data ekonomi AS akibat government shutdown, serta ada hawkish dari risalah Federal Open Market Committee (FOMC).

Lonjakan harga emas di atas US$ 4.000 per ons troi juga dinilai menandakan meningkatnya permintaan aset lindung nilai, yang biasanya menekan arus dana ke pasar negara berkembang termasuk Indonesia.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 4,75% pada September 2025 dan melebarkan koridor suku bunga. Menandakan sinyal “berusaha sekuat tenaga untuk tumbuh” yang membuka ruang pemangkasan lanjutan. Sementara pemerintah, Josua menyebit, menyalurkan likuiditas dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) Rp 200 triliun ke 5 perbankan plat merah dinilai akan dan mengerek target defisit APBN 2026.

Lebih lanjut, Josua menilai kebijakan-kebijakan tersebut memberikan sinyal dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi, diperkuat dengan penyaluran SAL dan kenaikan target defisit 2026. Namun menurutnya, langkah ini juga mempersempit diferensial suku bunga dan menahan minat asing, khususnya di SRBI.

“Di sisi positif, neraca dagang tetap surplus sekitar US$ 5,5 miliar pada September 2025, sehingga menjadi bantalan terhadap tekanan outflow,” jelas Josua.

Rupiah Cenderung Stabil

Dengan kondisi tersebut, Josua memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.400–16.600 per dolar AS dalam dua hingga empat minggu ke depan. Menjelang akhir tahun, rupiah diproyeksi berada di kisaran Rp 16.300–16.600 per dolar AS, stabil atau menguat tipis dibanding awal Oktober 2025.

“(Rupiah akhir tahun) menguat tipis dari posisi awal Oktober, dengan alasan potensi The Fed melanjutkan penurunan suku bunga, kurva SUN yang semakin menarik untuk investor domestik, dan surplus dagang yang bertahan,” jelasnya.

Baca Juga: Dana Asing Masih Keluar dari Bursa, Ada Rotasi Minat ke Saham Konglomerasi?

Lebih lanjut, Josua menyampaikan bahwa terdapat sejumlah faktor yang berpotensi mengubah arah aliran modal asing.

Di sisi positif, pelemahan data ekonomi Amerika Serikat dan meredanya ketegangan politik di Jepang maupun Prancis diperkirakan dapat mendorong pelemahan dolar AS serta memicu inflow ke SBN yang lebih kuat, sehingga rupiah berpeluang menguat hingga menyentuh kisaran Rp 16.300 per dollar AS.

Sebaliknya, jika penguatan dolar AS berlanjut akibat ketidakpastian politik di Eropa dan Jepang yang berkepanjangan atau shutdown pemerintah AS yang terus berlarut, serta semakin sempitnya spread SUN terhadap UST, tambahan outflow terutama dari pasar saham dan SRBI berpotensi menekan rupiah ke kisaran Rp 16.500–Rp16.700 per dollar AS pada akhir tahun.

Selanjutnya: Sertifikasi K3: Bedanya Kemnaker vs BNSP, Pilih Sertifikasi yang Tepat!

Menarik Dibaca: Simak yuk 7 Strategi Kelola Keuangan Cerdas Saat Dana Anda Terbatas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×