Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Aliansi Ekonom Indonesia (AEI) menilai program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tengah dijalankan pemerintah menyimpan risiko ekonomi serius jika dijalankan secara masif.
Anggota AEI sekaligus Ekonom UI Vid Adrison mengatakan, lonjakan permintaan dari dapur MBG berpotensi memicu kenaikan harga pangan di pasar.
"Kalau seandainya MBG ini dilakukan secara masif. Yaitu, sangat besar kemungkinan terjadi kenaikan harga pangan," ujar Vid kepada awak media di Kantor Kemenko Perekomian, Senin (29/9/2025).
Menurut Vid, permintaan yang sangat besar dari dapur MBG akan mengakibatkan produk yang tersisa di pasar lebih sedikit.
Baca Juga: Aliansi Ekonom Ingatkan Risiko Crowding Out dalam Anggaran Program MBG
Nah, implikasi dari berkurangnya pasokan ini adalah harga pangan yang kian mahal dan akan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Namun, kelompok miskin disebut paling rentan terdampak.
"Bagi orang yang miskin, ketika harga makanan naik, itu akan punya dampak yang sangat-sangat besar bagi biaya kehidupan mereka, sehingga bisa saja pemerintah harus mengeluarkan uang yang lebih besar untuk memberikan bantuan," katanya.
Senada, anggota AEI lainnya, Rizki Nauli Siregar menilai klaim bahwa MBG dapat mengangkat perekonomian lokal belum terbukti. Ia khawatir yang terjadi justru efek sebaliknya.
"Argumen bahwa MBG itu bisa untuk mengangkat perekonomian lokal itu belum bisa kita lihat buktinya," kata Rizki.
Ia menekankan pentingnya penerapan MBG secara bertahap melalui program percontohan (pilot) yang berbasis bukti. Evaluasi, lanjutnya, sebaiknya tidak hanya dilakukan pemerintah sendiri, melainkan juga oleh lembaga independen.
Baca Juga: BGN Tegaskan Korban Keracunan MBG Ditanggung Pemerintah
Selanjutnya: Bidik Swamsebada di Wanam Papua, 474.000 Ha Lahan Dilepas dari Kawasan Hutan
Menarik Dibaca: Daftar 8 Film Underrated Netflix yang Jarang Dibahas, tapi Ceritanya Bagus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News