Reporter: Grace Olivia | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peningkatan inovasi, riset dan pengembangan menjadi salah satu fokus pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk lima tahun ke depan.
Selain menambah anggaran belanja kementerian dan lembaga (K/L) untuk riset, alokasi anggaran juga telah ditetapkan melalui dana abadi riset sebesar Rp 990 miliar mulai tahun 2019 ini.
Sebelum adanya dana abadi riset, Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, pemerintah telah mengalokasikan anggaran riset melalui belanja kementerian dan lembaga. Jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun, yaitu Rp 24 triliun pada 2016 menjadi Rp 35,7 triliun pada 2019.
“Alokasi ini adalah bagian dari anggaran pendidikan yang tahun ini mencapai Rp 492,5 triliun. Di dalamnya sudah earmarked untuk penelitian sebesar Rp 35,7 triliun,” ujar Sri Mulyani dalam forum publik bertajuk “Mencari Model dan Pengelolaan Dana Riset untuk Indonesia”, Rabu (31/7),
Kendati begitu, Sri Mulyani mengakui, aktualisasi dari alokasi anggaran dana riset melalui K/L selama ini belum maksimal dan cenderung tak terlihat hasilnya. Sebab, penggunaan anggaran lebih banyak porsinya untuk belanja operasional dan penunjang penelitian yang mencapai 53%, sedangkan penggunaan untuk penelitiannya sendiri hanya 43%.
Besarnya belanja operasional untuk penelitian, lanjutnya, bisa jadi disebabkan oleh ketersediaan infrastruktur yang masih minim. Selain itu, para peneliti juga belum memanfaatkan technology and services-sharing dalam menyelenggarakan penelitian sehingga setiap agenda penelitian membutuhkan belanja operasional sendiri-sendiri.
“Kita harus mulai memikirkan apakah ada infrastruktur penelitian yang bisa diefisiensi dan di-share sehingga tidak memakan anggaran riset yang terlalu besar,” ujar dia.
Selain itu, Sri Mulyani menilai, kementerian maupun lembaga saat ini belum mampu menentukan agenda penelitian berbasis prioritas. Akibatnya, pengelolaan anggaran dana riset menjadi tidak optimal.
“Dana riset Rp 35 triliun tadi dialokasikan ke 45 K/L sehingga diecer-ecer, makanya tidak terasa. Oleh karena itu, harus dipikirkan agenda dan prioritas risetnya karena riset itu memang penting, tapi tidak semua bisa diriset karena sumber daya kita terbatas,” tandas Sri Mulyani.
Penelitian dan pengembangan, menurut Sri Mulyani, merupakan salah satu motor pertumbuhan ekonomi Indonesia yang penting ke depan. Pasalnya, tanpa riset dan inovasi, produktivitas Indonesia akan sulit meningkat. Padahal kontribusi produktivitas makin krusial dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Peningkatan produktivitas berkaitan erat dengan inovasi dan teknologi, yang sangat bergantung dari ekosistem penelitian. Jadi penelitian adalah bagian tidak terpisahkan dari effort kita untuk pertumbuhan yang lebih tinggi dan berkualitas,” ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News