kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Akademisi: Holding BUMN lebih banyak memberikan keuntungan


Jumat, 11 Desember 2020 / 21:50 WIB
Akademisi: Holding BUMN lebih banyak memberikan keuntungan
ILUSTRASI. Logo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) . ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/nz


Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proses pembentukan holding BUMN terus bergulir. Kali ini, giliran holding BUMN yang masuk dalam tahap pembahasan. Sejumlah pengamat menilai, pembentukan holding BUMN lebih banyak memberikan keuntungan dibanding kerugian. Untuk soal pendanaan misalnya.

"Bisa lebih fleksibel," ujar ujar Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia, Budi Frensidy kepada KONTAN, Jumat (11/12).

Selama ini, BUMN yang ingin mencari pendanaan melalui pasar modal baik itu sekadar rights issue atau initial public offering (IPO) bisa dibilang sulit untuk menemukan jalan yang mulus. Perlu ada semacam lampu hijau terutama dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebelum bisa sepenuhnya menghelat aksi korporasi tersebut.

Namun, jika masuk sebagai anggota holding, status perusahaan tersebut bukan lagi BUMN sepenuhnya melainkan anak dari holding tersebut. Sehingga, ketika ingin menggelar aksi korporasi tersebut.

Pembentukan holding juga memberikan keuntungan untuk perusahaan yang menjadi induk holding. Aset yang dikonsolidasikan membuat induk holding memiliki ekuitas yang besar sehingga ruang untuk mencari pinjaman atawa leverage semakin luas.

Baca Juga: Merger bank BUMN syariah diberi nama Bank Syariah Indonesia (BRIS)

Setali tiga uang, Profesor for Finance and Investment di IPMI International Business School Roy Sembel mengatakan, holding BUMN menjadikan leverage lebih luas. "Karena nilai perusahaannya yang menjadi sangat besar, pencarian dana bukan hanya dari dalam negeri saja tapi juga bisa hingga ke luar negeri, skala internasional," terang Roy.

Demikian halnya dengan fleksibilitas ketika masuk ke pasar modal. Permintaan restu cukup melalui induk holding. "Kalau ada holding, DPR cukup sampai induknya saja. Jadi, intervensi tidak terlalu jauh ke bawah," jelas Roy.

Memang, lanjut Roy, penggabungan usaha bakal lebih bagus jika dilakukan dengan skema merger. Contoh, Bank Mandiri yang saat ini bukan hanya memiliki identitas yang solid tapi juga fundamental yang kuat. Namun, proses merger butuh waktu yang panjang. "Bank Mandiri saja butuh waktu enam tahun," imbuh Roy.

Menurutnya, pembentukan holding BUMN lebih banyak memberikan keuntungan dari beberapa aspek. Belum lagi sinergi yang terbentuk setelah adanya holding. Budi memiliki pandangan senada. "Holding memang membuat kontrol pemerintah berkurang, tapi jauh lebih fleksibel terutama untuk pencarian dana," imbuh Budi.

Selanjutnya: Kementerian BUMN ungkap rencana pengembangan bank BUMN usai holding batal dibentuk

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×