Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan Daftar Positif Investasi (Positive Investment List) tidak akan menunggu lama. Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Daftar Positif Investasi ini akan diterbitkan di awal tahun 2020.
"Positive list rencananya akan [dirilis] di Januari nanti," ujar Airlangga, Rabu (18/12).
Daftar Positif Investasi ini akan memuat klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia (KBLI) yang menjadi prioritas pemerintah dan terbuka untuk investasi asing.
Baca Juga: Saham BBCA dan TPIA menjebol rekor baru di Liga Saham Big Cap Selasa (17/12) M
enurut Airlangga, bidang-bidang usaha yang tidak akan masuk dalam daftar positif investasi tersebut pun akan dimuat dalam omnibus law. Dia merinci, bidang usaha yang tak masuk tersebut antara lain yang berhubungan dengan narkoba golongan I, yang berhubungan dengan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), perjudian atau kasino, industri berbasis merkuri hingga konvensi senjata kimia.
Dalam pemberitaan Kontan sebelumnya, Airlangga menyebut Industri prioritas pemerintah yang nantinya masuk dalam Daftar Positif Investasi ini yakni industri yang dapat mensubstitusi kebutuhan impor Indonesia serta industri yang KBLI-nya sudah masuk dalam daftar penerima fasilitas fiskal tax holiday.
Baca Juga: Hasil Liga Saham Big Cap Senin (16/12): GGRM dan HMSP naik, UNVR di level terendah
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Shinta Widjaja Khamdani menanggapi positif adanya Daftar Positif Investasi ini. Menurut Sjinta, ini memberikan citra yang positif bagi investor mengingat industri yang masuk ke dalamnya menjadi prioritas dan hanya bidang usaha tertentu yang ditutup untuk investasi.
Baca Juga: Hasil Liga Saham Big Cap Pekan Kedua: ASII menyodok, BBRI dan BMRI memimpin
Meski begitu, menurutnya pengusaha juga perlu melihat lebih jauh seperti apa isi Daftar Positif Investasi yang diterbitkan pemerintah Januari nanti. Menurutnya, pelaku usaha di dalam negeri juga perlu bersiap-siap.
"Kita sekarang mau tahu dulu persisnya seperti apa. Industri di dalam negeri kita juga harus siap. Kalau mau dibuka ke luar, bagaimana pengaruhnya di dalam negeri," ujar Shinta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News