Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengapresiasi sinergi antara pemerintah pusat, Bank Indonesia, dan pemerintah daerah melalui Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) sehingga dapat menjaga kestabilan tingkat inflasi sepanjang tahun lalu.
Dalam high level meeting TPIP hari ini, Kamis (13/2), Airlangga mengatakan, sinergi kebijakan yang telah ditempuh pemerintah dan BI tahun lalu terbukti dapat menjaga inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) 2019 tetap rendah terkendali pada level 2,72% (yoy) dan berada dalam kisaran sasaran 3,5% ± 1%.
Baca Juga: Simak dialog lengkap Destry Damayanti setelah resmi menjadi DGS BI 2019-2024
“Pencapaian ini merupakan (yang) terendah selama dua dekade terakhir, dan (sekaligus) melanjutkan tren terjaganya realisasi inflasi pada kisaran sasaran selama lima tahun terakhir,” ujarnya.
Keberhasilan menjaga inflasi tersebut, lanjut Airlangga, disumbang oleh penurunan inflasi inti 3,02% yoy dan minimnya inflasi administered prices 0,51% yoy. Sementara inflasi volatite food meningkat 4,30% yoy, namun masih terjaga di bawah 5% sesuai kesepakatan TPIP 2019.
Baca Juga: Agar target inflasi 3,5% tercapai, pemerintah pusat harus kontrol inflasi daerah
Menurutnya, inflasi yang terus menurun dan terkendali dalam sasaran dipengaruhi oleh semakin terjangkarnya ekspektasi inflasi dan terjaganya kestabilan nilai tukar, yang merupakan hasil penguatan koordinasi kebijakan antara pemerintah dan BI, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Pembangunan infrastruktur pun, kata Airlangga, terus dioptimalkan sehingga memberikan dampak positif dalam perbaikan konektivitas dan kelancaran distribusi barang dan jasa.
"Hal ini berkontribusi positif dalam menjaga daya beli masyarakat, memberikan insentif bagi penanaman modal termasuk investasi, dan meningkatkan daya saing perekonomian,” tutur Airlangga.
Baca Juga: Beberapa strategi ini dilakukan untuk pertahankan target inflasi 3,5% tahun ini
Inflasi yang terjaga rendah sepanjang tahun lalu dinilai menjadi pendukung utama momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih. bertahan di atas 5% yoy, kendati berada di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News