kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Agar tak jadi kasus baru Covid-19, pembelajaran tatap muka harus dilakukan hati-hati


Kamis, 17 Juni 2021 / 04:00 WIB
Agar tak jadi kasus baru Covid-19, pembelajaran tatap muka harus dilakukan hati-hati


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan menerapkan lagi pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas. Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo mengatakan, pelaksanaan PTM terbatas harus dilakukan dengan kehati-hatian yang tinggi serta persiapan matang.

Hal tersebut berkaca pada uji coba PTM pada sekolah di beberapa daerah yang menimbulkan kasus baru Covid-19. Heru memberi contoh seperti yang terjadi pada salah satu sekolah di Pekalongan beberapa waktu lalu.

"PTM terbatas yang ada di daerah seperti di Pekalongan itu kan ada kasus. Kemudian di Kalimantan Barat juga ada, di Tasikmalaya ada Sumatera juga ada. Banyak pembelajaran tatap muka yang selama ini uji coba kemudian ada kasus,sehingga baru beberapa lama tatap muka kemudian dihentikan," kata Heru, Rabu (16/6).

Munculnya kasus positif Covid-19 yang terjadi di lingkup sekolah lantaran belum siapnya satuan pendidikan dalam pembelajaran tatap muka. Heru menyebut, FSGI memberi masukan agar persiapan PTM terbatas perlu mengacu pada empat faktor yaitu, siswa, orang tua, sekolah dan infrastruktur yang siap. FSGI menyebutnya '4 Siap'.

Baca Juga: Pembelajaran tatap muka terbatas bisa ditunda, mengapa?

"Harus laksanakan SOP. SOP itu adalah membangun kesadaran perilaku warga sekolah baik, siswa, pendidik, tenaga kependidikan serta satuan pendidikan untuk patuh terhadap protokol kesehatan," imbuhnya.

Selain penyediaan infrastruktur protokol kesehatan di sekolah seperti wastafel, termogun, masker. Baik guru, tenaga kependidikan dan siswa perlu mengisi keterangan kondisi kesehatan sebelum PTM terbatas dilakukan.

"Misal, guru sebelum ke sekolah mengisi diaplikasi sekolah beberapa pertanyaan sederhana seperti apakah demam, apakah tenggorokan sakit, batuk dan sebagainya," kata Heru.

Selain itu, orang tua siswa juga juga harus siap seperti membawakan bekal anak saat ke sekolah, memberi arahan kepada anak untuk langsung pulang ke rumah usai sekolah hingga siswa harus terus menggunakan masker dan menjaga jarak baik dengan siswa lainnya maupun guru.

Protokol kesehatan saat PTM terbatas tak hanya seputar infrastruktur saja, secara administrasi dan psikologis juga harus dilakukan. Penanaman disiplin protokol kesehatan perlu diterapkan bagi semua warga sekolah. Terlebih saat kenaikan kasus Covid-19 akhir-akhir ini yang tinggi maka PTM terbatas harus dipersiapkan dengan matang.

"Kami melakukan kunjungan ke 10 sekolah di Jabodetabek, baru 3 yang menyiapkan protokol kesehatan secara fisik, administrasi dan psikis. Kalau di persentase baru 2,5% dari 10 sekolah yang kami kunjungi untuk kesiapan prokes untuk PTM," ungkap Heru.

Pada dasarnya, kata Heru, FSGI mendorong adanya PTM terbatas. Sebab, pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan digital membuat potensi learning lost semakin besar. Hambatan dari PJJ selama ini dinilai sangat banyak, yang pada akhirnya membuat ketimpangan.

"Namun, pembelajaran tatap muka terbatas ini harus dilaksanakan dengan kehati-hatian dan persiapan yang sangat matang, karena akan bisa berjalan baik dan mampu mengendalikan paparan Covid-19 jika persiapannya jauh lebih matang dengan '4 Siap' tadi," imbuhnya.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Ada rencana sekolah tatap muka, ini yang harus diperhatikan orang tua

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×