kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

ADB estimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap 5,2% tahun ini


Kamis, 04 April 2019 / 12:20 WIB
ADB estimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap 5,2% tahun ini


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melambatnya pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia diprediksi berimbas pada kinerja ekspor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini.

Untungnya, Asian Development Bank (ADB) melihat, kondisi negatif tersebut masih dapat diimbangi oleh permintaan domestik Indonesia yang tetap kuat dan kinerja investasi yang membaik. Dalam laporan Asian Development Outlook (ADO) 2019, ADB memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tertahan pada level 5,2% di 2019 dan naik ke 5,3% di 2020 mendatang.

"Dengan manajemen makroekonomi yang solid dan permintaan domestik yang kuat, momentum pertumbuhan Indonesia diharapkan akan berlanjut secara sehat,” kata Direktur ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein dalam keterangannya, Rabu (3/4).

Investasi yang kuat didorong terutama oleh proyek infrastruktur publik di bidang transportasi dan energi. Pertumbuhan sektor industri terakselerasi seiring meningkatnya keluaran (output) dari pertambangan dan ekspor seperti pakaian jadi dan alas kaki yang juga menguat.

ADB melihat, pertumbuhan pada tahun ini dan tahun depan kemungkinan akan terjadi di berbagai sektor. Sejumlah proyek infrastruktur publik utama, baik yang sudah selesai maupun dalam tahap penuntasan dianggap memberikan pondasi yang kuat bagi peningkatan investasi swasta di Indonesia.

"Perbaikan terhadap iklim investasi seperti perampingan administrasi pajak dan penyederhanaan perizinan usaha seharusnya makin mendukung sentimen positif investor," seperti tertulis dalam laporan ADO 2019.

Sementara itu, permintaan domestik diyakini akan akan tetap kuat dalam jangka pendek karena meningkatnya lapangan kerja di sektor formal dan diperluasnya program bantuan sosial pemerintah. Terlebih pada paruh pertama 2019, konsumsi mendapat dorongan tambahan dari pengeluaran menjelang pemilu nasional pada April ini.

Dorongan lain untuk konsumsi swasta juga berasal dari peningkatan berkelanjutan dalam akses rumah tangga terhadap kredit. Pinjaman usaha oleh sektor rumah tangga mengalami pertumbuhan hampir empat kali lipat yakni dari 8,2% pada 2014 menjadi 28,7% pada 2018.

Adapun, ADB memprediksi inflasi akan tetap rendah dan stabil pada level 3,2% tahun ini dan 3,3% pada 2020, sehingga membantu menjaga momentum pertumbuhan belanja swasta.

Dari sisi neraca perdagangan, kuatnya permintaan domestik mendorong impor barang tahun lalu sedangkan pertumbuhan ekspor barang melambat. Untungnya, ADB menilai, peningkatan ekspor jasa bersih dari kenaikan pendapatan pariwisata dan remitansi mampu sebagian mengimbangi turunnya neraca perdagangan, sehingga menjadikan defisit transaksi berjalan (CAD) sebesar 3,0% dari produk domestik bruto (PDB) tahun lalu.

Defisit transaksi berjalan diperkirakan akan membaik ke 2,7% dari PDB pada 2019 dan tahun depan, karena pertumbuhan barang impor maupun barang ekspor mengalami perlambatan, sementara pemasukan dari pendapatan pariwisata diperkirakan akan terus berlanjut.

"Ekspor diperkirakan tumbuh lebih lambat seiring melemahnya pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang Indonesia serta harga komoditas internasional seperti batu bara, karet, dan minyak sawit yang melemah,"

"Di saat yang sama, pertumbuhan impor juga akan lebih rendah sejalan dengan harga minyak global yang menurun dan permintaan barang modal yang berkurang karena selesainya proyek infrastruktur besar. Namun, pertumbuhan impor akan tetap lebih tinggi dari ekspor," terang ADB.

Adapun, risiko terhadap proyeksi ekonomi Indonesia umumnya disebabkan faktor eksternal. Antara lain meningkatnya ketegangan perdagangan global dan volatilitas pasar keuangan internasional, serta kemungkinan terjadinya kekeringan akibat El Niño.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×