Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja perekonomian di negara-negara maju diprediksi akan mengalami tekanan tahun ini. Bahkan ekonomi Jepang dan Inggris sudah masuk ke jurang resesi.
Hal ini juga tentunya akan mempengaruhi penerbitan global bond atau Surat Berharga Negara (SBN) valuta asing (valas) yang diterbitkan oleh pemerintah.
Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet menyarankan agar pemerintah bisa menunda sementara untuk tidak menerbitkan global bond, termasuk Samurai bond yang merupakan surat utang berdenominasi dengan mata uang Yen Jepang.
“Pemerintah bisa menunda sementara untuk tidak menerbitkan surat utang terutama di awal tahun dan melihat kondisi di Kuartal kedua atau ketiga. Apakah kemudian kondisi Jepang dan juga kondisi perekonomian Global secara umum itu masih relatif prospektif,” tutur Yusuf kepada Kontan.co.id, Selasa (20/2).
Baca Juga: Pemerintah Masih Buka Opsi Penerbitan Samurai Bond Meski Jepang Resesi
Meski begitu Yusuf menyampaikan, peluang pemerintah akan menerbitkan global bond sesuai yang sudah direncanakan akan tetap berjalan. Karena, pemerintah juga pastinya sudah mempunyai porsi dan proporsi antara menerbitkan obligasi dalam negeri dan luar negeri.
Sebab, masifnya menerbitkan surat utang di dalam negeri bukanlah tanpa risiko, karena bisa memicu kenaikan inflasi, dan berisiko pada kondisi perekonomian domestik yang bisa tidak tumbuh seperti yang diproyeksikan sebelumnya.
Akan tetapi, jika kekhawatiran resesi global akan berlanjut maka akan berdampak pada permintaan global bond yang turun. Permintaan global bond yang turun ini akan berdampak terhadap penurunan harga obligasi, sehingga imbal hasil yang diberikan harus relatif lebih tinggi.
Baca Juga: Suku Bunga Turun di 2024, SUN dan ORI025 Bisa Nikmati Capital Gain
Namun, Yusuf menambahkan, imbal hasil juga akan dipengaruhi oleh faktor lain seperti kebijakan suku bunga acuan tahun ini.
“Kita tahu kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia juga akan ditentukan misalnya seberapa besar laju inflasi apakah kemudian itu sesuai dengan target yang diproses oleh otoritas terkait atau tidak,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News