Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada peluang penutupan kembali perusahaan pelat merah. Hal itu memungkinkan jika BUMN tersebut tak bisa memperbaiki kinerjanya atau melakukan transformasi bisnis.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo.
"Kalau misalnya tidak bisa diperbaiki, tidak bisa ditransformasi, kita akan nambah penutupan lagi," ungkap Tiko, sapaan akrabnya, saat ditemui di Waskita Rajawali Tower, Jakarta, Senin (7/1/2024).
Kementerian BUMN memang berencana menciutkan jumlah BUMN menjadi di bawah 40 perusahaan. Saat ini, jumlah BUMN yang berada di bawah Kementerian BUMN ada 45 perusahaan, menyusut dari awalnya sebanyak 118 perusahaan.
Jumlah BUMN itu berkurang seiring dilakukannya holdingisasi, merger, hingga penutupan perusahaan pelat merah yang bermasalah.
Tiko bilang, sejumlah BUMN yang bermasalah atau dalam kondisi 'sakit' masih dalam penanganan oleh PT Perusahaan Pengelola Aset (PAA).
Baca Juga: Menyisir Emiten BUMN Pilihan
Saat ini ada 15 BUMN yang masih menjadi 'pasien' PPA dan tengah dikaji untuk penanganannya.
"Kita lagi kaji, kan banyak yang di PPA tuh, masih ada perusahaan lagi yang kita sedang kaji," kata dia.
Seiring dengan masih dilakukan kajian, ia menegaskan, saat ini belum ada keputusan mengenai penutupan BUMN di tahun ini. Pihaknya masih akan memantau kinerja BUMN dalam sembilan bulan ke depan.
"Kita lagi liat sampai di sembilan bulan ini seperti apa," ujar Tiko.
Adapun hingga akhir 2023, Kementerian BUMN telah menutup 7 dari 22 BUMN bermasalah yang ditangani PPA.
Ketujuh BUMN itu yakni PT Iglas, PT Industri Sandang Nusantara, PT Istaka Karya, PT Kertas Kraft Aceh, PT Kertas Leces, PT Merpati Nusantara Airlines, dan PT Pembiyaan Armada Niaga Nasional (PANN).
Saat ini, masih ada 15 BUMN yang sedang dalam penanganan PPA, yakni PT Amarta Karya (Persero), PT Barata Indonesia (Persero), PT Boma Bisma Indra (Persero), PT Djakarta Lloyd (Persero), PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero), PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero), serta PT Industri Kapal Indonesia (Persero).
Baca Juga: BTN Bidik Simpanan Deposito Nasabah Tajir Bisa Tembus Rp 10 Triliun Tahun Ini
Kemudian ada PT Indah Karya (Persero), PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero), PT Semen Kupang (Persero), PT Pengusahaan Daerah Industri Pulau Batam (Persero), Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI), PT Primissima (Persero), PT Varuna Tirta Prakasya (Persero), dan PT PANN Pembiayaan Maritim (anak usaha PT PANN).
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BUMN "Sakit" yang Tak Bisa Perbaiki Kinerja Bakal Ditutup"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News