Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi global diperkirakan menghadapi tantangan besar pada tahun 2025.
Dalam survei terbaru Chief Economist Outlook dari World Economic Forum (WEF), sebanyak 56% ekonom memperkirakan kondisi ekonomi global akan melemah, sementara hanya 17% yang optimis kondisi akan membaik.
Ini menunjukkan bahwa banyak ketidakpastian yang mengganggu pemulihan ekonomi global.
Meski Amerika Serikat (AS) diproyeksikan mendapat dorongan jangka pendek dengan 44% ekonom utama memperkirakan pertumbuhan kuat pada 2025, meningkat dari 15% pada survei Agustus lalu, prospek ekonomi untuk wilayah lain cenderung lebih suram.
Baca Juga: Bank Dunia: Kebijakan Tarif AS Bisa Menurunkan Prospek Pertumbuhan Global
Eropa tetap menjadi wilayah terlemah selama tiga tahun berturut-turut, dengan 74% responden memperkirakan pertumbuhan lemah atau sangat lemah.
Sementara itu, momentum ekonomi China diproyeksikan melambat karena permintaan konsumen yang rendah dan produktivitas yang melemah, menyoroti ketidakmerataan pemulihan ekonomi global.
"Chief Economist Outlook terbaru menunjukkan ekonomi global sedang mengalami tekanan cukup besar," ujar Kepala Pertumbuhand an Transformasi Ekonomi, World Economic Forum, Aengus Collins dalam keterangan resminya, Kamis (16/1).
Ia mengatakan bahwa prospek pertumbuhan berada pada titik terlemahnya dalam beberapa dekade dan perkembangan politik baik di dalam negeri maupun internasional menyoroti betapa kebijakan ekonomi telah menjadi kontroversial.
Laporan ini juga menyoroti dampak signifikan dari pemilu presiden AS baru-baru ini, dengan 61% ekonom utama menganggapnya sebagai pergeseran jangka panjang bagi ekonomi global.
Perubahan besar diharapkan terjadi dalam bidang perdagangan, migrasi, deregulasi, kebijakan fiskal, dan kebijakan industri.
Baca Juga: World Bank Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025 dan 2026 Stagnan di Level 5,1%
Meskipun ada proyeksi pertumbuhan jangka pendek yang kuat untuk AS, ekonom tetap waspada terhadap risiko, termasuk lonjakan utang publik (97%) dan inflasi yang lebih tinggi (94%).
Laporan ini juga mengungkapkan bahwa koneksi ekonomi global semakin tertekan. Hampir semua ekonom (94%) memprediksi bahwa perdagangan barang akan semakin terfragmentasi dalam tiga tahun ke depan, dan lebih dari setengahnya (59%) memprediksi hal yang sama untuk perdagangan jasa. Hambatan mobilitas tenaga kerja dan transfer teknologi juga diperkirakan meningkat.
Di tengah tantangan ini, banyak perusahaan diprediksi akan menyesuaikan strategi mereka, seperti merestrukturisasi rantai pasokan (91%), memindahkan operasi ke tingkat regional (90%), dan fokus pada pasar inti mereka (79%).
Sebanyak 48% ekonom memperkirakan volume perdagangan global akan meningkat pada 2025, yang menunjukkan sektor perdagangan cukup tangguh.
Namun, sebagian besar juga memperkirakan meningkatnya ketegangan perdagangan, terutama karena kebijakan proteksionisme, konflik, dan isu keamanan nasional.
Selanjutnya: Promo JSM Hypermart 17-20 Januari 2025, Beli 1 Gratis 1 Bakso Sapi-Ikan Baby Nila
Menarik Dibaca: Promo JSM Hypermart 17-20 Januari 2025, Beli 1 Gratis 1 Bakso Sapi-Ikan Baby Nila
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News