Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Bank Dunia alias World Bank memperkirakan Indonesia akan mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1% pada tahun 2025 dan 2026.
Angka ini menunjukkan kestabilan meski di tengah perlambatan pertumbuhan global yang diperkirakan berada di angka 2,7% pada periode yang sama.
Dalam laporan Global Economic Prospects edisi Januari 2025, Indonesia tetap menjadi salah satu dari sedikit negara berkembang yang berhasil mempertahankan momentum pertumbuhan ekonominya.
Faktor pendukung termasuk peningkatan permintaan domestik, kebijakan fiskal yang konsisten, dan pertumbuhan perdagangan yang tetap stabil.
Baca Juga: Bank Dunia Samakan Pengumpulan Pajak Indonesia Setara Nigeria, Ini Kata Luhut
Namun, risiko global seperti ketegangan geopolitik, perubahan kebijakan perdagangan, dan dampak perubahan iklim tetap menjadi ancaman yang perlu diantisipasi.
"Di negara-negara yang pertumbuhan perdagangannya lebih lambat tahun lalu dan aktivitas ekonominya lebih bergantung pada permintaan domestik, termasuk Indonesia, pertumbuhan perdagangan yang lebih stabil diperkirakan akan terjadi dalam jangka waktu perkiraan," tulis World Bank dalam laporannya, dikutip Jumat (17/1).
World Bank menyebut, pasar negara berkembang dan kawasan ekonomi berkembang menghadapi prospek pertumbuhan yang bervariasi.
Pertumbuhan diproyeksikan moderat di Asia Timur dan Pasifik, di tengah lemahnya permintaan domestik di China, serta di Eropa dan Asia Tengah akibat perlambatan di beberapa negara besar setelah pertumbuhan yang kuat tahun lalu.
Sebaliknya, peningkatan diantisipasi di Amerika Latin dan Karibia, Timur Tengah dan Afrika Utara, Asia Selatan, dan Afrika Sub-Sahara, yang sebagian ditopang oleh permintaan domestik yang kuat.
Pada tahun 2026, pertumbuhan diperkirakan akan menguat di sebagian besar wilayah. Risiko terhadap prospek tetap condong ke sisi negatif di semua wilayah, berpusat pada perubahan yang merugikan dalam perdagangan global dan kebijakan ekonomi lainnya.
Baca Juga: Manufaktur Indonesia Kembali Ekspansif, Pengusaha Siap Hadapi Lonjakan Permintaan
"Kemungkinan meningkatnya konflik, pertumbuhan yang lebih lambat dari perkiraan di RRT dan Amerika Serikat, inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dan pelonggaran kebijakan moneter yang lebih lambat, dan bencana alam menimbulkan risiko penurunan lebih lanjut," pungkas World Bank
Selanjutnya: Gara-gara Elon Musk, Dana Pensiun Terbesar di Eropa Jual Seluruh Saham Tesla
Menarik Dibaca: Sebelum Belanja Barang Secara Lusinan, Simak Tips Belanja Bulanan Dalam Jumlah Besar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News