Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA Guna menghadapi berbagai tantangan yang menghantui perekonomian Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan instruksi kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk tetap waspada namun tetap optimis.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Menkeu Keterangan Pers Menteri terkait Sidang Kabinet Paripurna, Senin (16/1).
"Tantangan 2023, tadi instruksi dari bapak Presiden, kita harus waspada tapi optimis," ujar Sri Mulyani di Istana Presiden, Senin (16/1).
Baca Juga: Ekonom Ungkap Dampak Ancaman Resesi Terhadap Rasio LAR Perbankan
Sri Mulyani bilang, optimis tersebut berasal dari pencapaian Indonesia yang membanggakan di tahun 2022. Sedangkan harus tetap waspada, mengingat menurut proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF), sepertiga dunia atau 43% negara di dunia bakal mengalami resesi.
"Sepertiga dunia akan mengalami resesi atau 43% negara akan mengalami resesi menurut proyeksi IMf," tambahnya.
Oleh karena itu, pemerintah akan terus menjaga momentum pemulihan Indonesia salah satunya adalah dengan memprioritaskan belanja guna menghadapi berbagai tantangan ekonomi global untuk tahun ini, mulai dari anggaran infrastruktur hingga ketahanan pangan.
Secara rinci, anggaran untuk perlindungan sosial akan dialokasikan sebesar Rp 476 triliu. Kemudian ada juga anggaran untuk ketahanan energi dengan nilai mencapai Rp 341 triliun. Sri Mulyani bilang, ini guna melindungi masyarakat dari guncangan di sektor energi dan ketahanan energi di Indonesia juga tetap bisa berjalan.
Baca Juga: BSI Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 di Level 5,04%
Sementara, Sri Mulyani menerangkan, anggaran untuk kesehatan akan dialokasikan sebesar Rp 178 triliun, belanja pendidikan sebesar Rp 612 triliun, dan tidak lupa anggaran infrastruktur sebesar Rp 392 triliun, termasuk untuk IKN yang sebesar Rp 21 triliun.
"Itulah belanja yang penting di tahun 2023 yang sangat diharapkan bisa menjaga perekonomian Indonesia dari guncangan-guncangan yang terjadi disisi global baik dari kenaikan harga, inflasi, maupun pelemahan ekonomi dari negara-negara lain," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News