Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mematok defisit anggaran dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2019 sebesar 1,6%-1,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit ini jauh lebih rendah dibanding target defisit APBN 2018 sebesar 2,19% dari PDB.
Dengan kisaran defisit tersebut, "Rasio utang terkendali pada kisaran 28,8%-29,2% dari PDB," kata Sri Mulyani dalam pidato penyampaian KEM-PPKF di hadapan pimpinan DPR saat sidang paripurna hari ini, Jumat (18/5).
Menurut Sri Mulyani, dibandingkan dengan negara emerging market lainnya yang memiliki defisit APBN dan rasio utang APBN yang lebih tinggi tetapi dengan kinerja pertumbuhan ekonomi yang tidak terlalu berbeda bahkan lebih rendah, Indonesia merupakan negara yang mampu meraih pertumbuhan ekonomi dan hasil pembangunan yang lebih baik. Tentunya, hal itu dilakukan dengan terus menjaga kehati-hatian dan kelangsungan kebijakan fiskal.
Ia juga mengatakan, kualitas APBN tahun ke depan akan semakin baik. Dengan defisit tersebut maka keseimbangan primer tahun depan diperkirakan mencatat defisit sebesar 0,3% hingga surplus 0,05% dari PDB. Angka ini jauh lebih rendah dibanding defisit keseimbangan primer dalam APBN 2018 yang dipatok sebesar 0,59% dari PDB.
Sementara jika keseimbangan primer dalam APBN 2019 bisa mencatat surplus, maka surplus tersebut merupakan kali pertama setelah beberapa tahun belakangan selalu mencatat defisit. "Ini merupakan pondasi perbaikan APBN dan positif untuk tahun 2020," tambah dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News