kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

2012, Ekonomi kita rawan overheating


Selasa, 10 Januari 2012 / 07:09 WIB
2012, Ekonomi kita rawan overheating
ILUSTRASI. Salah satu gejala lambung luka adalah heartburn yang terasa di perut hingga dada. (Tribun Jateng/ Hermawan Handaka)


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Cipta Wahyana

JAKARTA. Indonesia memiliki prospek pertumbuhan ekonomi positif di tahun naga air 2012 ini. Namun ada risiko besar yang perlu menjadi perhatian pemerintah, yakni potensi perekonomiankita mengalami overheating alias kepanasan.

Overheating adalah kondisi perekonomian yang tumbuh positif, namun dibarengi dengan tingkat inflasi yang tinggi, utamanya akibat kenaikan daya beli masyarakat. Dari sisi produsen juga terjadi kelebihan produksi karena memanfaatkan tingkat konsumsi yang tinggi. Sementara alokasi pasokan tak efisien, sehingga terjadi kelebihan kapasitas. Kondisi overhating ini pada akhirnya menciptakan krisis.

Peringatan adanya risiko overheating ini muncul dari Kepala Ekonom Global Market Research Deutsche Bank Taimur Baig. Penyulut overheating itu, antara lain, karena tingkat pertumbuhan kredit perbankan yang tinggi karena suku bunga acuan BI Rate yang landai. "Ini menyebabkan demand yang tinggi sehingga inflasi pun merangkak naik," katanya.

Suku bunga rendah akan mendorong tingkat konsumsi masyarakat. Akibatnya, harga meningkat sangat tajam. Bai g mencontohkan kondisi serupa yang terjadi di beberapa negara di Asia di beberapa tahun terakhir seperti Hong Kong, Singapura, dan China.

Lebih parah lagi, bila overheating ini berimplikasi pada permintaan impor yang berlebihan. Tak pelak, ini bisa menyebabkan surplus transaksi berjalan makin menciut. Dampak overheating ini juga akan terlihat pada lonjakan harga properti.

Panas, namun tidak kepanasan

Prediksi ekonom Deutsche Bank ini jelas membuat pemerintah kepanasan. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Armina Alisjahbana buru-buru membantah, ekonomi kita belum kepanasan. Untuk menjaga Indonesia dari overheating, pemerintah akan menjaga sisi suplai. "Intinya konsumsi domestik, bagaimana produk dalam negeri juga bisa dimanfaatkan dengan baik agar tidak terjadi ada overheating," tegasnya.

Bambang Prijambodo, Direktur Perencanaan Makro Bappenas mengatakan, ciri -ciri overheating apabila terjadi dorongan permintaan yang luar biasa sehingga mengakibatkan inflasi yang tinggi. Jika berkaca dari kondisi tahun 2011 lalu, meskipun permintaan agregat memang meningkat cukup tinggi, namun masih bisa dikendalikan.

Namun Bambang mengakui tahun 2011 terjadi keterbatasan pasokan terutama dari infrastruktur. Namun ia optimistis pemerintah akan menangani ini dengan melakukan pembangunan infrastruktur lebih baik, sehingga tak perlu khawatir terjadi overheating.

Dia juga mengatakan, pertumbuhan kredit perbankan secara year on year pada Oktober dan November masih 25,8%. "Dan pertumbuhan kredit riil masih lebih rendah dari 2008 yang lalu," kata dia.

Adapun Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih tidak melihat risiko overheating. "Inflasi kita masih moderat, tidak terlalu tinggi. Secara teori, masih jauh dari overheating," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×