Reporter: Dyah Megasari |
JAKARTA. Di tengah kekacauan pelaksanaan ujian nasional dan rencana kenaikan harga bahan bakar minyak yang gaduh, pemberitahuan bahwa Presiden RI akan memberikan keterangan di Kantor Presiden pukul 20.30 memunculkan harapan. Beritanya pasti besar dan komprehensif, lebih dari keterangan terpenggal-penggal dalam 140 karakter yang sedang digemari Presiden RI.
Wartawan Istana datang tepat waktu. Setelah menunggu setengah jam, pukul sembilan malam, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono keluar dari Kantor Presiden. Semua wartawan sejenak menahan napas menanti. Apakah kenyataan sesuai dengan harapan?
”Satu hal yang ingin saya sampaikan, dan menurut saya, saya harus menyampaikan penjelasan karena beritanya agak simpang siur, yaitu pemberitaan yang menyangkut Mbak Yenny Wahid (Zannuba Arifah Chafsoh), putri Gus Dur, presiden ke-4 kita, yang pemberitaan itu dikaitkan dengan pertemuan saya dengan Mbak Yenny dan seperti biasanya dikaitkan pula dengan politik,” kata Presiden.
Mendengar kalimat pertama itu, sejumlah wartawan menoleh ke kiri dan ke kanan. Yudhoyono ternyata tengah memosisikan diri sebagai Ketua Umum Partai Demokrat yang baru disandangnya. Jabatan ini melengkapi predikat dan jabatan lain sebagai pendiri, pembina, dan ketua majelis tinggi.
Yudhoyono kemudian menjelaskan, dalam pertemuan dengan Yenny, tidak ada pembicaraan jabatan di Demokrat. ”Kalau diberitakan Mbak Yenny ingin menjabat Waketum (Wakil Ketua Umum) Partai Demokrat, itu tidak ada. Kasihan beliau. Tidak ada seperti itu. Demikian juga saya, tidak pernah menawarkan kepada Mbak Yenny posisi ini, posisi itu,” katanya.
”Saya harus klarifikasi karena pemberitaan itu merugikan Mbak Yenny dan saya sendiri karena seolah-olah ada tawar-menawar,” ungkapnya.
Kabar akan bergabungnya Yenny ke Demokrat muncul dari anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Achmad Mubarok. Saat itu, Mubarok menyatakan, Yenny yang memenuhi kriteria cerdas, perempuan, dan kontroversial, akan diposisikan sebagai Waketum Demokrat. Tidak hanya Mubarok, ”tim hore” Demokrat kemudian juga membuat isu ini ramai di media lebih dari seminggu.
Agak tidak biasa sebenarnya keterangan semacam ini disampaikan Yudhoyono di Istana. Tidak biasa bukan berarti belum pernah. Ada pendahulunya. Namun, hal yang lebih tidak biasa terlihat dari kata-kata dominan yang digunakannya. Kita lihat.
Dalam keterangan 6 menit 44 detik itu, 18 kali Yudhoyono menyebut kata ”Mbak Yenny” dan 26 kali menyebut kata ”saya”. Keterangan pers dilakukan di Kompleks Istana. Untuk siapa? (Wisnu Nugroho A | Christoporus Wahyu Haryo P/KompasCetak/Kompas.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News