kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,44   -19,08   -2.04%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tiga tantangan gapai single digit angka kemiskinan


Selasa, 09 Januari 2018 / 19:05 WIB
Tiga tantangan gapai single digit angka kemiskinan


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah boleh optimistis mengejar target angka kemiskinan capai single digit. Namun tak berarti rencana tersebut jadi hal yang mudah.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan ada sejumlah tantangan dalam mewujudkan target tersebut. Pertama soal stabilitas harga pangan.

Kata Bhima, sektor konsumsi makanan masih jadi penyumbang terbesar terhadap garis kemiskinan sebesar 70,6%. Bhima beranggapan, konsumsi makanan memang sangat rentan menganggu garis kemiskinan.

"Sementara hingga Maret curah hujan masih tinggi berpotensi menganggu pasokan pangan. Sedikit saja harga beras naik, penduduk miskinnya bertambah," katanya saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (9/1).

Sementara kedua adalah soal kenaikan harga minyak dunia dan subsidi energi yang terbatas. Meski harga listrik dan LPG 3 kg naik, tetap mewaspadai kontribusi sektor energi terhadap garis kemiskinan lantaran sektor ini menyumbang 8% garis kemiskinan.

Namun hal tersebut dibantah Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro. Ia menilai dinamika harga minyak dunia tak akan banyak berpengaruh terhadap garis kemiskinan.

"Paling hanya pengaruh sedikit ke LPG, Kita juga mau tertibkan penyaluran LPG dengan distribusi tertutup," kata Bambang saat jumpa pers di Bappenas, Selasa (9/1).

Sementara faktor ketiga, diungkapkan Bhima adalah soal bantuan sosial. Program bansos disebutkan oleh Bhima bukan merupakan solusi jangka panjang pengurangan kemiskinan.

"Meskipun jumlah bansos naik signifikan di 2018 tapi sifat penurunan kemiskinannya hanya sementara. Yang lebih penting saat ini adalah penyerapan lapangan kerja dengan dana desa dan program padat karya," jelasnya.

Sebelumnya Bambang mengatakan, pemerintah tahun ini menargetkan angka kemiskinan nasional bisa mencapai single digit.

"Target pemerintah tahun ini tingkat kemiskinan bisa mencapai antara 9,5% hingga 10%," kata Menteri Bambang.

Bambang optimistis lantaran BPS telah merilis realisasi tingkat kemiskinan pada 2017 telah mencapai angka 10,12%. Angka tersebut diklaim merupakan angka terendah selama 2 dekade, dengan pengurangan jumlah penduduk miskin sebesar 1,18 juta secara year on year (yoy).

Namun, Direktur Penanggulangan Kemiskinan Dan Kesejahteraan Sosial Bappenas Vivi Yulaswati mengatakan, target single digit tersebut belum memasukkan beberapa faktor, misapnya soal kenaikan cukai rokok.

"Soal cukai rokok memang belum dimasukkan jadi indikator target single digit tersebut," katanya kepada KONTAN dalam kesempatan yang sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×