kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,68   7,33   0.79%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sri Mulyani enggan komentari wacana pematokan kurs rupiah


Senin, 07 Mei 2018 / 17:47 WIB
Sri Mulyani enggan komentari wacana pematokan kurs rupiah
ILUSTRASI. Petugas menghitung uang kertas mata uang rupiah


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar keuangan Indonesia masih berada dalam bayang-bayang menguatnya dollar Amerika Serikat (AS). Untuk mengatasi merosotnya nilai tukar rupiah, pemerintah disebut-sebut tengah mengkaji perubahan sistem kurs rupiah menjadi tetap.

Sistem kurs tetap terhadap dollar sudah pernah berlaku di Indonesia pada tahun 1970-an. Namun, mulai 1978 sistem kurs itu berubah menjadi mengambang terkendali.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati enggan berkomentar saat dikonfirmasi mengenai wacana ini. “Saya tidak komentar mengenai itu, ya. Nanti saya bilang sama Bank Indonesia (BI),” ujarnya di Jakarta, Senin (7/5).

Terpisah, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Adrianto mengatakan, rencana itu tidak dibahas oleh pemerintah sebagai upaya untuk menjaga rupiah.

Kepala Kajian LPEM FEB UI Febrio N. Kacaribu mengatakan, saat ini adalah saat yang paling tidak cocok untuk menerapkan fixed exchange rate sebab cadangan devisa terbilang rendah.

Ia memaparkan, dalam dua tahun terakhir sebelum gejolak rupiah dalam dua bulan terakhir, BI secara praktis sebenarnya menjalankan fixed exchange rate di sekitar 13.300-13.500. Pada masa dua tahun itu, capital inflow relatif cukup dan BI membeli sekitar US$ 30 miliar dari pasar untuk menambah cadangan devisa yang sempat mencapai US$ 132 miliar.

Kalau BI tidak mengakumulasi cadangan devisa sebanyak itu, harusnya rupiah berada di sekitar 12.500 per dollar AS.

“Saat ini keadaannya terbalik. Kita mengalami tekanan capital outflow. Sangat besar risikonya bagi BI untuk melakukan pengumuman fixed exchange rate karena cadangan devisa, walaupun sudah naik banyak, masih relatif rendah dibandingkan negara lain,” ujar dia kepada KONTAN.

Ia mengatakan, Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan Tiongkok yang cadangan devisanya US$ 3,1 triliun. Cadangan devisa Indonesia juga masih kalah dengan Thailand yang besarnya sekitar US$ 230 milIar, “Padahal ekonomi Thailand hanya 40% dari ekonomi Indonesia,” kata dia.

Oleh karena itu, menurut Febrio, saat ini cara yang terbaik untuk menjaga rupiah adalah BI ada di pasar forex dan menggiring rupiah untuk ke arah tingkat depresiasi yang realistis dan mengurangi fluktuasinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×