kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Relaksasi moneter disemprit Moody's


Kamis, 19 Oktober 2017 / 12:39 WIB
Relaksasi moneter disemprit Moody's


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya Bank Indonesia (BI) mengendurkan kebijakan moneter berpotensi terhenti bulan Oktober ini. Sehari, jelang rapat pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), Moody's mengirim peringatan penting.

Dalam keterangan resmi, Rabu (18/10), Moody's menyebut: BI perlu berhenti sejenak aktivitas pelonggaran moneternya, pasca memangkas BI 7 Day Repo Rate (BI 7 DRR) Agustus dan September.

Menurut lembaga rating internasional ini, BI perlu berhati-hati dalam upaya melonggarkan kebijakan moneternya, saat kebijakan The Fed lebih hawkish.

Moody's menilai, kebijakan penurunan BI 7DRR justru berefek negatif terhadap sentimen pasar. Sejak BI mengumumkan pemangkasan bunga acuan pada 22 Agustus 2017 semisal, investor asing justru berbondong-bondong keluar dari pasar modal.

Total sejak perdagangan 23 Agustus hingga 18 Oktober 2017, dana asing keluar dari bursa Rp 20,94 triliun. Moody's khawatir arus modal keluar akan semakin besar jika BI kembali memangkas suku bunga acuan.

Tak hanya Moody's, ekonom juga menyarankan bank sentral untuk menahan penurunan bunga acuan. Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi, semisal, menilai, jika tren laju inflasi yang menjadi pertimbangan, ruang BI untuk kembali memangkas suku bunga acuan memang masih terbuka.

Hanya bank sentral harus mempertimbangkan berbagai faktor. "Pemangkasan (suku bunga acuan) lebih lanjut akan berisiko menekan rupiah. Sebab, selisih suku bunga riil denganadvanced economies berkurang," kata Eric kepada KONTAN.

Banyak faktor ketidakpastian global yang saat ini bisa memacu arus modal keluar (capital outflow). Ia mencontohkan, kebijakan fiskal Presiden AS Donald Trump yang berencana memangkas tarif pajak perusahaan. Ini berpotensi memperkuat nilai tukar dollar AS. Belum lagi, faktor geopolitik di Semenanjung Korea serta Spanyol.

Apalagi, sejauh ini, penurunan bunga acuan yang dilakukan bank sentral tidak banyak bergaung hingga ke tingkat bunga perbankan. Suku bunga kredit perbankan turun sangat pelan, tak sebanding dengan penurunan bunga acuan.

Pertumbuhan kredit perbankan juga berjalan pelan. Per Agustus 2017, laju pertumbuhan kredit perbankan hanya 8,4% year on year. (lihat tabel: Penurunan Bunga Acuan Tak Sejalan).

Ekonom Bank Permata Joshua Pardede memproyeksi RDG bulan ini akan mempertahankan BI 7 DRR di 4,25%. "BI akan mewaspadai kebijakan The Fed," ujar dia.

Juniman, Ekonom Maybank Indonesia juga menegaskan, tak ada alasan lagi bagi BI melonggarkan kebijakannya. Tahun depan, The Fed akan menaikkan bunga acuan. Bila BI 7 DRR turun lagi, BI bisa salah langkah. Sebab, BI hanya punya dua bulan tersisa tahun ini untuk mengantisipasi tren bunga acuan global di tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×