kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah target tingkat kemiskinan single digit


Selasa, 09 Januari 2018 / 17:59 WIB
Pemerintah target tingkat kemiskinan single digit


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menargetkan angka kemiskinan pada tahun ini bisa mencapai single digit.

"Target pemerintah, tahun ini tingkat kemiskinan bisa mencapai antara 9,5% hingga 10%," kata Menteri PPN/Kepala Bappenas dalam jumpa pers di Kementerian PPN, Selasa (9/1).

Bambang optimistis, lantaran BPS merilis realisasi tingkat kemiskinan pada 2017 sudah mencapai 10,12%. Angka tersebut diklaim merupakan angka terendah selama dua dekade, dengan pengurangan jumlah penduduk miskin sebesar 1,18 juta secara year on year (yoy).

Bambang melanjutkan, ada beberapa faktor pendorong dalam prestasi ini. Misalnya inflasi selama 2017 yang terjaga dengan baik. "Selama Maret-September 2017, inflasi umum dapat dijaga pada tingkat 1,45%. Termasuk menjaga stabilitas pada Lebaran terutama komponen makanan," lanjutnya

Selain menjaga inflasi, kata Bambang, program penanggulangan kemiskinan melalui Program Keluarga Harapan (PKH, Bantuan Sosial Beras Sejahtera (Bansos Rastra), dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) juga jadi faktor utama.

Tahun ini, program Bansos akan diperluas dengan target 10 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM), dan bansos Rastra sebanyak 5,5 juta KPM.

Menteri Bappenas boleh optimistis, namun angka kemiskinan yang mencapai single digit bukan tugas mudah. Direktur Direktur Penanggulangan Kemiskinan Dan Kesejahteraan Sosial Bappenas Vivi Yulaswati mengatakan, misalnya tantangan bisa hadir dari kenaikan cukai rokok.

"Soal cukai rokok memang belum dimasukan jadi indikator target single digit tersebut," katanya, Selasa (9/1).

Dari data BPS, sejak 2014, konsumsi rokok memang bertengger di posisi kedua setelah konsumsi beras. Terlebih di pedesaan, konsumsi rokok bisa mencapai 10,70%, sementara konsumsi beras 24,52%.

Meski demikian, Vivi berharap dengan kenaikan harga rokok, masyarakat justru makin mengurangi konsumsi rokok. "Ya sebenarnya kalau lebih mahal masyarakat jadi lebih sulit membeli rokok, dan semoga konsumsinya juga makin rendah," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×