CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Meramal pertumbuhan ekonomi tahun depan


Rabu, 22 November 2017 / 20:08 WIB
Meramal pertumbuhan ekonomi tahun depan


Reporter: Siti Rohmatulloh | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2018 masih tetap 5%. Kebijakan industri diperlukan untuk perkuat ekspor.

Konsumsi rumah tangga yang lemah membuat Indef melihat pertumbuhan ekonomi tahun depan masih tetap tumbuh moderat di 5%.

Selama kuartal II dan III 2017 konsumsi dinilai belum menunjukkan kenaikan yang signifikan. "Padahal ini kan yang paling besar," kata Didik J Rachbini, ekonom senior Indef, Rabu (22/11).

Menurutnya, belum ada lompatan yang begitu besar meskipun ekspor dan investasi mulai bergerak. Saat ini separuh dari ekspor Indonesia masih berupa barang mentah. Sementara investasi pun berasal dari utang.

Didik menambahkan, pemerintah perlu kembali mendongkrak sektor industri yang memiliki porsi paling besar di perekonomian. Pemerintah diharapkan dapat mengeluarkan kebijakan industri yang mengarah ke ekspor.

Ia menyarankan adanya konsentrasi pembangunan infrastruktur di jalur Banten-Jakarta-Cikarang-Jawa Tengah-Surabaya sehingga membantu proses industrialisasi di wilayah tersebut.

Alasan yang sama juga diungkapkan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsjah. Rendahnya konsumsi dan aliran kredit dinilai akan menahan pertumbuhan ekonomi 2018 di angka 5%.

Menurutnya, ada faktor global dan domestik yang perlu diperhatikan Indonesia di tahun 2018. Faktor global yang dimaksud adalah pergerakan suku bunga Amerika dan proses normalisasi yang sedang dilakukan oleh China. Kedua hal tersebut berisiko bagi perekonomian Indonesia yang dinilainya dalam situasi krisis.

Sementara dari sisi domestik dilihatnya menunjukkan perbaikan. Ia menambahkan, perekonomian Indonesia akan membaik jika ekspor dapat membaik dan permintaan dunia terhadap barang-barang ekspor tetap kuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×