kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45863,29   1,62   0.19%
  • EMAS1.361.000 -0,51%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kisah Agustinus tiga hari menghuni sutet


Minggu, 03 Februari 2013 / 11:26 WIB
Kisah Agustinus tiga hari menghuni sutet
ILUSTRASI. Inilah daftar hadiah perayaan Genshin Impact anniversary, ada iPhone 13 Pro Max


Sumber: Tribunnews |

JAKARTA. Agustinus Worowully (44) mendadak tenar. Ia adalah pria yang nekad menggelar aksi demonstrasi di atas sutet bertegangan 150.000 volt yang terletak di seberang Gedung Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat.

Agustinus mulai memanjat sutet pada Kamis (31/1) pagi dan baru berhasil dibujuk turun pada Sabtu (2/2).

Guna mendukung aksi demonstrasinya di puncak sutet, Agustinus sengaja membawa perlengkapan, mulai dari kain sampai makanan. Roti dan susu menjadi menu utamanya sehari-hari, selain nasi yang sengaja diberikan petugas. Ia pun membawa telepon seluler ke atas sutet.

Aksinya tersebut dilakukan karena merasa diperlakukan tidak adil atas sengketa tanah di Jalan Trunojoyo, Surabaya, Jawa Timur. Ia menginginkan perhatian dari pemerintah supaya tanah tersebut kembali kepadanya dan orang-orang yang memiliki hak.

Pada hari pertama di atas sutet, Agustinus masih tenang-tenang saja melakukan aksinya karena bahan makanan masih banyak. Tetapi pada hari kedua dan ketiga, perbekalan makanan dan minum semakin sedikit setelah orang-orang menganggap biasa aksi Agustinus.

Kepala Kepolisian Sub Sektor Bendungan Hilir Iptu B. Saragih terus memantau keberadaan Agustinus dari bawah. Bahkan ia tahu apa yang biasa dilakukan Agustinus setiap jamnya.

"Bila menjelang sore ia akan naik ke puncak sutet, kemudian berorasi untuk mendapat perhatian," kata Saragih saat ditemui Tribunnews.com di lokasi, Sabtu (2/2/2013).

Ketika mulai sepi biasanya Agustinus turun dari sutet untuk mengambil makanan dan minuman yang sengaja disimpan saudaranya di bawah sutet, baru dia kembali naik ke atas. Selain itu, ia difasilitasi juga dengan baterai handphone.

Agustinus mengaku dirinya tidak takut dengan ketinggian. Ia pun tak khawatir berdiri di puncak sutet yang tingginya hampir 90 meter itu. Di puncak sutet itu, ia memasang bendera merah putih.

Agustinus tidur dengan mengikatkan dirinya pada tiang di sudut sutet supaya tidak jatuh. Agustinus pun tidak bodoh, ia membawa sebuah bambu yang dijadikan tempat untuk duduk. Pria kelahiran Flores tersebut mengaku, selama di atas sutet ia tidak merasa ingin buang air besar. "Sampai hari ini saya tidak ingin buang air besar," ujarnya. Bila ia ingin kencing, tentu saja mudah, ia tinggal melakukannya dari atas tower dengan melihat keadaan di bawah.

Hujan juga tidak mengganggu Agustinus. Ia sudah siap bertahan lemawan guyuran hujan dengan memakai jas hujan.

Agustinus turun dari Sutet pada Sabtu (2/2) sore dengan dijemput dan dibujuk komisioner Komnas HAM. Meski mau turun, ia masih tetap semangat untuk terus memperjuangkan apa yang dianggapnya benar.

"Saya tidak mungkin akan turun konyol begini. Lebih baik saya mati di sini dari pada mati di luar sana ditangkap sama polisi. Saya cuma minta Komnas HAM dan DPR untuk mendesak pemerintah. Ternyata setelah saya masuk penjara banyak pengalaman di sana, banyak pemerintah membangkang undang-undang. DPR yang buat undang-undang tapi justru pemerintah yang membangkang, kan aneh. Jadi rakyat kecil ini kena pembangkangan yang dilakukan oleh pemerintah," ungkapnya.

Setelah turun, Agustinus pergi bersama dengan tujuh orang komisioner Komnas HAM menuju kantor Komnas HAM. Kepala Kepolisian Sub Sektor Bendungan Hilir Iptu B, Saragih mengungkapkan bahwa hal tersebut tidak menjadi masalah. "Yang penting dia selamat dulu, mau siapa yang membawa itu tidak masalah," ucapnya.

Tribunnews

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×