kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Istana bantah kasus LPG untuk popularitas Demokrat


Selasa, 07 Januari 2014 / 12:33 WIB
Istana bantah kasus LPG untuk popularitas Demokrat
ILUSTRASI. Golongan Antibiotik.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi membantah tudingan sejumlah pihak, bahwa kenaikan harga elpiji 12 kilogram (kg) awal tahun lalu merupakan rencana yang bertujuan untuk menaikkan elektabilitas Partai Demokrat yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), selaku Ketua Umum Partai Demokrat.

Sudi bilang kenaikan harga elpiji 12 kg sebelumnya memang benar-benar tak bisa diketahui oleh Presiden SBY. "Tidaklah. Saya saksi hidup. Presiden itu baru tahu kenaikan harga setelah ribut-ribut di masyarakat," tutur Sudi di Kantor Presiden, Selasa (7/1).

Setelah mengetahui kenaikan harga elpiji 12 kg itu, Sudi mengaku ia langsung menanyakannya kepada Pertamina. Dari informasi itu diketahui, bahwa kenaikan harga elpiji Pertamina mengacu rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang meminta Pertamina menaikkan harga gas tidak terus merugi.

"Jadi tidak benar itu. Saya bukan orang partai. Janganlah kalian membawa-bawa itu ke politik," ujar Sudi kepada awak media.

Seperti diketahui, Pertamina sempat menaikkan harga gas elpiji 12 kg sebesar Rp 3.500 per kg sejak 1 Januari 2014 lalu.

Namun kenaikan itu menuai protes dari masyarakat, dan Presiden SBY kemudian menginstruksikan Pertamina meninjau ulang harga gas 12 kg dalam waktu 1x24 jam pasca instruksi dikeluarkan.

Setelah itu, Pertamina menurunkan kenaikan harga elpiji. Kini elpiji 12 kg hanya naik Rp 1.000 per kg.  Banyak kalangan menduga kenaikan harga elpiji itu sengaja dibikin. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×