kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dollar palsu gentayangan di penjual kaki lima


Rabu, 12 September 2012 / 15:52 WIB
Dollar palsu gentayangan di penjual kaki lima
ILUSTRASI. 5 Rekomendasi Makanan untuk Penderita Diabetes


Reporter: Umar Idris, Herry Prasetyo | Editor: Imanuel Alexander

Dollar AS palsu sering “bergentayangan” di pedagang valas kaki lima. Soalnya, tidak semua penjual valas di pinggir jalan ini bisa mengenali dollar AS abal-abal. Hampir setiap bulan, mereka mendapat tawaran membeli dollar palsu.

Jumat (7/9) siang pekan lalu, seorang ibu tampak buruburu masuk ke dalam moneychanger di Senayan City yang berlokasi di dekat ATM Center. Sejurus kemudian, perempuan berkerudung itu mengeluarkan satu gepok dollar Amerika Serikat (AS) pecahan
US$ 100 dari tasnya.

Dua staf money changer itu dengan cekatan menghitung nilai dollar AS tersebut sembari memeriksa lembar demi lembar. Sedang seorang staf lainnya menyiapkan lembaran rupiah untuk diberikan kepada wanita pemilik dollar AS itu.

Tidak ada kekhawatiran di raut muka penjual dollar AS itu, apakah dollar AS miliknya adalah benar-benar dollar AS asli.
Kewaspadaan justru tampak pada staf money changer. Mereka memeriksa uang itu dengan alat pendeteksi uang palsu yang memakai sinar ultraviolet.

“Sebenarnya kami tidak meningkatkan kewaspadaan, kami hanya mengikuti kebiasaan,” kata Purwanto, pegawai money changer Dua Sisi.

Menurut Purwanto, tidak ada imbauan khusus dari kantor pusat Dua Sisi untuk lebih teliti dalam memeriksa dollar AS, menyusul kasus baru peredaran mata uang Negeri Paman Sam di Cilincing, Jakarta Utara, akhir Agustus 2012. Gerainya
tetap hanya memakai alat pendeteksi uang kertas yang telah disediakan kantor pusat. Dan, sejauh ini, outlet Dua Sisi di Senayan City tidak pernah menerima dollar AS palsu.

Begitu pula dengan money changer Adi Global Valasindo yang ada di Point Square, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. “Transaksi
dollar AS masih seperti biasanya, dan sejak kami di sini dua bulan lalu, belum pernah menerima dollar palsu,” ujar
Suci, staf Adi Global.

Seperti Dua Sisi, Suci mengandalkan alat pendeteksi uang palsu dengan sinar ultraviolet, ditambah dengan kemampuannya
mengetahui ciri-ciri dollar AS yang palsu. Alat itu untuk memastikan lembaran dollar AS yang ia anggap asli. Jika ketemu
dollar AS palsu, Suci pastilangsung menolak. “Dari kertasnya sudah ketahuan, beda banget,” ungkap dia.

Tapi, pemandangan cukup berbeda terlihat di tempat penukaran valuta asing (valas) Ayu Masagung yang ada di Jalan Kwitang, Jakarta Pusat. Aktivitas jual beli uang asing di sini mendapat kawalan dari dua petugas satuan keamanan (satpam) dan seorang polisi. Maklum money changer ini ramai. Empat konter layanan tampak belum cukup menampung penjual dan pembeli hingga antrean terlihat cukup panjang. “Kalau ada dollar palsu, kami langsung serahkan orang yang membawanya ke polisi untuk dimintai keterangan,” tegas Asep Purnama, satpam Ayu Masagung.

“Sejauh ini tidak ada yang menukar dollar palsu di sini,” tambah Amirudin, polisi yang menjaga tempat penukaran valuta asing itu.


Menyasar kaki lima

Menurut Asep, dollar AS palsu biasanya banyak beredar di pedagang valas di pinggir jalan termasuk di Jalan Kwitang. Sebagian besar pedagang emperan ini juga mendekati orang yang akan menukarkan valasnya ke Ayu Masagung. Para pedagang
ini makin marak menjelang dan saat Ayu Masagung tutup. “Yang palsu biasanya di sana,” tuding Amirudin.

Asal tahu saja, Ayu Masagung merupakan salah satu money changer terbesar di Jakarta. Harga kurs yang tertera di sini
menjadi rujukan para pembeli maupun penjual yang membutuhkan valas ukuran ritel. Bahkan kurs di sini dijadikan perbandingan, selain harga valas yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI). Sayang, manajer Ayu Masagung menolak permintaan wawancara KONTAN.

Tudingan Asep dan Amirudin tidak salah. Usman, salah satu pedagang valas di pinggir Jalan Kwitang mengakui sering menerima dollar AS palsu. Tapi, “Saya tidak melapor ke polisi, cukup saya katakan tidak bisa membeli, itu tanda dollarnya
palsu,” kata Usman.

Awal September lalu, Usman yang sudah berdagang valas di pinggir Jalan Kwitang sejak tahun 1995 sempat menerima tawaran
untuk membeli dollar AS palsu pecahan US$ 100. Sebelumnya, Agustus 2012, ia juga menerima tawaran serupa dengan nilai US$ 200.

Usman mengungkapkan, dirinya bakal lebih waspada jika mendapat tawaran membeli dollar AS berkode AB, BA, CD, dan CB. Lembaran dollar AS itu, dia menjelaskan, buatan tahun 1988 hingga 2006. Sebab, seri-seri ini yang kebanyakan dipalsukan.

Kewaspadaan Usman berkurang jika ia menghadapi dollar AS dengan kode H dan K, karena termasuk buatan terbaru, setelah 2006. Sering “bergentayangannya” dollar AS palsu di pedagang valas kaki lima dibenarkan Suwardi.

Penjual valas emperan di daerah Pasar Baru sejak tahun 1960-an ini tiga bulan lalu menerima tawaran membeli dollar AS palsu sebesar US$ 100. “Saya tidak pernah tanya dari mana asalnya, itu bukan urusan kita,” ujar pedagang yang selalu memakai peci hitam ini.

Menurut Suwardi, ciri-ciri dollar AS abal-abal antara lain, kertas uang lebih tipis, warna kertas hijau buram, dan tulisan USA dan angka 100 tidak timbul. “Selama ini pemalsuan dollar banyak terjadi di pecahan 100,” jelas Suwardi.

Tapi, Usman mengatakan, tak semua pedagang valas kaki lima di Jalan Kwitang bisa mengenali seluruh dollar AS palsu. Ada
yang pernah membeli dollar AS palsu. Pengalaman pahit itu juga menimpa pedagang valas emperan di Pasar Baru.

Meski sering menjadi sasaran peredaran dollar AS palsu, Suwardi menuturkan, menjadi pedagang valas kaki lima sangat menguntungkan. Banyak orang yang lebih suka menukar valas kepenjual uang asing pinggir jalan. Soalnya, mereka menawarkan proses penukaran uang yang cepat. Tidak perlu menyerahkan identitas diri, asal harga cocok, langsung jadi. “Walau di jalanan, saya pernah menerima US$ 3.000 dari orang asing,” tutur Suwardi.

Transaksi di toko emas

Usman menambahkan, pedagang valas kaki lima masing-masing memiliki bos yang siap membeli dollar dan valas lainnya milik mereka. “Dia juga tidak akan terima dollar kalau palsu,” tambah Usman.

Sekadar info, nilai transaksi pasar valas di Indonesia mencapai US$ 500 juta per hari, baik melalui perbankan maupun money changer. Transaksi valas di money changer per hari tidak sampai US$ 100.000. Jadi, kecil sekali. Tapi, setiap transaksi valuta asing di money changer senilai Rp 200 juta harus dilaporkan ke PPATK.

Cuma, di luar money changer dan pedagang valas kaki lima, praktik jual beli valas juga terjadi di toko emas. Fery Mulyana, pengelola klinik pengobatan herbal China di Sukabumi, Jawa Barat, lebih suka membeli valas di sebuah toko emas di daerah Sukabumi yang melayani penukaran mata uang asing.

Toko emas yang telah menjadi langganan Fery sejak beberapa tahun terakhir ini menjual dollar AS dan renmimbi, mata uang China. Setiap bulan, ia bisa membeli dollar AS sekitar US$ 10.000 untuk pelbagai keperluan. Misalnya, membayar gaji shinshe asing atau membeli obat-obatan impor. “Harganya lebih baik daripada di money changer, makanya kadang saya jual lagi ke bank kalau harganya lagi tinggi,” bebernya.

Toh, Fery tak takut tertipu mendapat dollar AS palsu, meski ia membeli bukan dari tempat penukaran valas resmi. “Saya percaya, karena sudah langganan,” kata dia.

Tapi, sebaiknya waspada tingkat tinggi terhadap dollar AS palsu tetap ada, dong.

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 49 XVI 2012, Laporan Utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×