kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

World Bank: Pertumbuhan Indonesia 2014 hanya 5,3%


Senin, 16 Desember 2013 / 10:41 WIB
World Bank: Pertumbuhan Indonesia 2014 hanya 5,3%
ILUSTRASI. Ilustrasi. Kanker hati


Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 mendatang diperkirakan akan melambat ketimbang tahun 2013. The World Bank atawa Bank Dunia memprediksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia turun dari level 5,6% di 2013 menjadi 5,3% di 2014.

Alasan pelemahan pertumbuhan yang dikemukakan Bank Dunia ini adalah adanya penurunan investasi. Hal tersebut mulai terlihat pada kuartal ketiga yang hanya tumbuh 4,5% terutama untuk alat berat dan industri mesin.

Menurut Bank Dunia, rencana penghapusan ataupun pengurangan stimulus US Federal Reserve (The Fed) diperkirakan membuat kondisi pasar modal dunia terus bergejolak dan menghambat akses Indonesia terhadap dana eksternal. Selain itu, pertumbuhan konsumsi domestik yang selama ini cukup tangguh juga diperkirakan akan melemah. Proyeksi keuangan juga terlihat rentan akibat belanja subsidi khususnya bahan bakar minyak (BBM).

"Indonesia akan menerima manfaat bila pemerintah fokus pada investasi yang bersifat jangka panjang, karena Indonesia memerlukan lebih banyak investasi. Kebijakan moneter sebaiknya tidak merupakan tanggapan yang dominan," kata Kepala perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves di Jakarta, Senin (16/12).

Lebih lanjut Bank Dunia pun berharap, pemerintah tidak hanya memperkuat stabilitas makro jangka pendek dengan penyesuaian kebijakan moneter dan nilai tukar rupiah. Namun untuk meningkatkan perdagangan dan merangsang laju pertumbuhan jangka panjang, pemerintah perlu melalukan reformasi struktural yang lebih luas.

Jika itu terjadi, defisit transaksi berjalan diperkirakan akan menyusut menjadi sekitar US$ 23 miliar di 2014 atau 2,6%. Hal ini akibat lemahnya pertumbuhan impor dan permintaan ekspor yang meningat secara moderat. Bank Dunia pun menekankan bahwa yang perlu dilakukan bukanlah menekan tingkat impor, tapi dengan menaikkan ekspor dan mengamankan ketersediaan dana eksternal terutama foreign direct investment (FDI).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×