kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

World Bank: Indonesia hadapi risiko ekonomi global


Kamis, 14 Desember 2017 / 20:09 WIB
World Bank: Indonesia hadapi risiko ekonomi global


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 0,25% pada Rabu (13/12). Ini merupakan kenaikan suku bunga ketiga tahun ini. Hal ini diikuti oleh Bank sentral China yang mengerek reverse repurchase agreement 7 hari dan 28 hari sebesar 5 basis poin.

Dengan melihat kondisi tersebut, Bank Dunia (World Bank) menyatakan, Indonesia sebagai negara berkembang memiliki risiko eksternal yang meliputi volatilitas keuangan global. Meskipun ekonomi Indonesia diproyeksi positif pada tahun depan, yakni tumbuh sebesar 5,3%.

Lead Economist Bank Dunia Frederico Gil Sander mengatakan, apabila pengetatan dari Fed yang melanjutkan normalisasi kebijakan moneternya baik dalam hal menaikkan suku bunga maupun pengurangan neraca lebih cepat dari perkiraan, maka dapat memicu volatilitas di pasar keuangan. 

“Ketidakstabilan tersebut dapat mengakibatkan arus modal keluar yang tiba-tiba dari negara berkembang termasuk Indonesia, yang memicu kenaikan tajam biaya pinjaman yang akan menghambat investasi,” katanya dalam Indonesia Economic Quarterly, Kamis (14/12).

Ia menyatakan, permintaan untuk aset Indonesia sempat menurun karena the Fed menaikkan suku bunga. Pada kuartal III 2017, minat investor global terhadap Indonesia agak lemah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) datar, rupiah terdepresiasi 1,2%, dan imbal hasil obligasi turun lebih cepat dari kuartal II.

Rupiah kemudian terus mengalami tekanan pada awal kuartal IV dengan meluncur di atas Rp 13.600 per dollar AS. Namun, rupiah tetap bertahan. Ia mengatakan, setelah rupee India, rupiah adalah salah satu mata uang di Asia yang paling dihargai selama beberapa tahun terakhir

Ia menjelaskan, di Indonesia, arus modal bersih cukup kuat di kuartal III yang arus masuk utamannya masuk ke sektor teknologi dan e-commerce. Adapun tekanan inflasi Indonesia relatif kecil dan rupiah relatif stabil. “Hal ini pun memberi ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga pada triwulan ketiga untuk mendukung pertumbuhan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×