Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Dunia memandang inflasi Indonesia masih akan dibayangi dengan kenaikan harga pangan dan energi, meski diprediksi masih dalam target sasaran Bank Indonesia (BI) 2,5% plus minus 1% pada tahun ini dan 2025 mendatang.
Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky pun sepakat dengan pernyataan Bank Dunia tersebut.
Ia mengingatkan, ancaman lonjakan harga pangan dikhawatirkan bisa terjadi karena fenomena alam La Nina yang akan mempengaruhi hasil panen. Sementara itu, kenaikan harga energi bisa disebabkan pelemahan nilai tukar rupiah.
“Di samping itu pangan dan energi kita kan masih bergantung dengan impor, sehingga yang harus diwaspadai adalah potensi kenaikan impornya,” tutur Riefky kepada Kontan, Selasa (25/6).
Baca Juga: Waspada Ancaman Kenaikan Harga Pangan dan Energi, Inflasi Bisa Terkerek Hingga 4,5%
Riefky menyarankan agar pemerintah menjaga nilai tukar rupiah agar tetap stabil. Sebab, jika rupiah terus melemah, maka potensi inflasi impor akan meningkat, lalu akan memberi tekanan pada inflasi dalam negeri.
Disisi lain, pemerintah juga diimbau untuk terus menjaga ketersediaan pasokan pangan domestik, dan belajar dari pengalaman terjadinya dampak dari fenomena el nino beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, dalam laporan Bank Dunia bertajuk ‘Unleashing Indonesia’s Business Potential’ edisi Juni 2024 menyatakan, harga energi dan pangan global akan meningkat imbas terjadinya berbagai konflik geopolitik memanas di Timur Tengah dan guncangan iklim yang mengganggu rantai pasokan global, serta babak baru pengurangan produksi OPEC+ yang meningkatkan harga minyak.
Dengan demikian, Bank Dunia meminta agar pemerintah Indonesia harus tetap berkomitmen menjaga inflasi dalam target sasaran, termasuk dengan memanfaatkan subsidi, pengendalian harga, dan langkah-langkah untuk mengurangi hambatan rantai pasokan domestik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News