kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.820   -41,00   -0,24%
  • IDX 6.442   73,17   1,15%
  • KOMPAS100 923   0,44   0,05%
  • LQ45 723   -0,82   -0,11%
  • ISSI 202   3,78   1,91%
  • IDX30 377   -0,84   -0,22%
  • IDXHIDIV20 459   0,93   0,20%
  • IDX80 105   -0,21   -0,20%
  • IDXV30 112   0,60   0,54%
  • IDXQ30 124   -0,13   -0,11%

Waspadai Cadangan Devisa Berpotensi Terkikis Imbas Aksi Saling Balas Tarif AS-China


Senin, 14 April 2025 / 18:39 WIB
Waspadai Cadangan Devisa Berpotensi Terkikis Imbas Aksi Saling Balas Tarif AS-China
ILUSTRASI. Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Mewaspadai meningkatnya ketidakpastian global yang berasal dari perang dagang yang meningkat AS-China dan mendorong sentimen penghindaran risiko.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mewaspadai meningkatnya ketidakpastian global yang berasal dari perang dagang yang meningkat mendorong sentimen penghindaran risiko. 

Hal ini bisa mengurangi arus masuk modal pada tahun 2025 yang berimbas pada menipisnya cadangan devisa Indonesia. 

Josua menerangkan, sentimen risk-off diperkirakan akan meningkat di tengah meningkatnya tindakan saling balas dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. 

Baca Juga: Tarif Dibalas Tarif, AS-China Makin Panas

Ia melanjutkan, sikap proteksionis Presiden AS Donald Trump dapat meningkatkan inflasi AS lebih lanjut dan mempertahankan suku bunga acuan The Fed  lebih lama, sehingga menimbulkan dilema karena kemungkinan resesi AS meningkat akibat konflik perdagangan. 

“Ditambah dengan stagnasi ekonomi China yang sedang berlangsung, kondisi ini dapat meningkatkan permintaan untuk aset safe haven non-AS dan mendorong arus modal keluar dari pasar negara berkembang yang memiliki hubungan perdagangan yang kuat dengan China, seperti Indonesia,” tutur Josua kepada Kontan, Senin (14/4).

Sejalan dengan itu, Ia juga mengantisipasi bahwa Bank Indonesia kemungkinan akan melakukan intervensi dengan menggunakan cadangan devisanya untuk menstabilkan nilai tikar rupiah, yang berpotensi menyebabkan penarikan cadangan devisa secara bertahap.

Baca Juga: Perang Tarif Memanas, China Bersumpah akan Bertarung Sampai Akhir

Sebagaimana diketahui, pada penutupan perdagangan Senin (14/4), nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 16.787 per dolar Amerika Serikat (AS).

Meskipun demikian, Josua menilai, fundamental makroekonomi Indonesia yang kuat dan prospek yang baik dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan ini dapat terus menarik arus masuk modal secara selektif.

Ia menambahkan, kebijakan DHE SDA yang baru diharapkan dapat terus memperkuat cadangan devisa. Karena kebijakan ini meningkatkan repatriasi devisa hasil ekspor dari 30% menjadi 100%, serta memperpanjang periode penyimpanan di rekening khusus bank nasional dari 3 bulan menjadi 12 bulan.

Baca Juga: China Kembali Balas Tarif Trump, Kekhawatiran Resesi Ekonomi Global Meningkat

Melihat perkembangan terkini, Josua memperkirakan cadangan devisa Indonesia akan berkisar antara US$ 152 miliar hingga US$ 156 miliar pada akhir tahun 2025, meningkat dibandingkan posisi akhir 2024 sebesar US$ 155,72 miliar pada.



TERBARU

[X]
×