kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wapres: Salah pola hunian membuat Indonesia masuk kategori terkumuh di Asia


Selasa, 22 Januari 2019 / 14:50 WIB
Wapres: Salah pola hunian membuat Indonesia masuk kategori terkumuh di Asia


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengaku saat ini Indonesia mengalami keterbalikan pemikiran soal tempat tinggal dengan negara-negara maju. Salah satunya soal pola hunian.

Ia bercerita, jika di luar negeri orang kaya tinggal di luar kota dengan halaman yang luas. Sementara, orang yang kemampuan ekonominya lebih terbatas justru tinggal di aparatemen di tengah kota agar dekat dengan tempat kerja. "Tapi di Indonesia justru kebalikannya," kata JK di Hotel Kempinski, Selasa (22/1). 

JK menyebut orang kaya di Indonesia cenderung ingin mempunyai rumah di kota. Sementara orang yang tidak mampu justru terpaksa tinggal di luar kota.

Maka tak heran jika adanya tempat tinggal di pinggiran kota yang kumuh, karena masyarakat dengan penghasilan UMR tidak mampu meningkatkan kesejahteraannya. 

"Karena apa? Karena pola ini membuat biaya transportasi lebih mahal dan sebagian pengeluarannya untuk ongkos ia bekerja," tambah JK.

Makanya, ia menyebut pemerintah terus memperbaiki pola ini. Salah satunya dengan membangun rumah susun dan membantu dari sisi beban bunga yang dirasa masih memberatkan masyarakat.

Untuk itu ia berharap, kedepan tempat tinggal kumuh di pinggir Jakarta sudah tidak ada lagi. Sebab menurutnya, Jakarta masuk dalam tiga kota di Asia yang masih memiliki penghuni rumah tapak terkumuh. 

Dua lainnya adalah Manila, Filipina dan Bombay, India. "Singapura, Thailand, Hongkong sudah tidak ada, kota-kota lain tidak terjadi lagi vietnam tidak ada," kata JK.

"Maka banyak upaya yang kita kembangkan itu secara baik, dan pemeritah akan sipakan dana yang cukup dan lembaga internasional seperti world bank juga siap membantu," tutup dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×