Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga mengatakan bahwa salah satu manfaat perjanjian perdagangan untuk mendorong diversifikasi ekspor, baik dalam perspektif produk maupun wilayah. Poin ini menjadi salah satu yang disampaikan Jerry dalam webinar yang diselenggarakan Bank Indonesia awal pekan ini.
Menurut Jerry, saat ini 10 produk ekspor utama Indonesia memberikan kontribusi lebih dari 59% . dalam hal pasar ekspor angkanya juga menunjukkan hal serupa yaitu 10 negara ekspor mendominasi kontribusi ekspor Indonesia dengan angka sekitar 60%.
Untuk itu, menurut Wamendag, perlu ada diversifikasi baik dari segi tujuan maupun jenis produk itu sendiri, salah satunya melalui perjanjian perdagangan. Alasannya, perjanjian perdagangan memberikan insentif baik dari sisi tarif maupun non tarif terhadap banyak sekali produk ekspor Indonesia.
“Sebagai contoh, perjanjian Indonesia-Australia CEPA memberikan tarif 0% terhadap 6900 jenis produk Indonesia. Di perjanjian dagang yang lain juga begitu. Jadi ini kesempatan bagi produk-produk alternatif untuk bisa berkembang,” kata Jerry dalam keterangannya, Kamis (25/2).
Baca Juga: Upaya Kemendag terus meningkatkan ekspor kopi, teh dan kakao ke Inggris
Perjanjian perdagangan juga membuka pasar-pasar baru yang berkembang dan potensial bagi Indonesia. Dua wilayah yang ingin dikembangkan misalnya adalah pasar Afrika dan Amerika Selatan. Selain itu, ada wilayah Eropa Timur, Eropa Tenggara, Asia Selatan dan Timur Tengah.
Sebagai contoh, kata Jerry, yang baru selesai adalah Indonesia-Mozambique PTA. "Kita berharap itu menjadi pembuka jalan bagi pasar-pasar baru di Afrika bagian tengah dan selatan. Di Amerika Selatan Indonesia-Chile CEPA juga terbukti meningkatkan utilitas pemanfaatan surat keterangan asal (SKA) secara signifikan. Dengan demikian, diharapkan Indonesia bisa pula lebih menembus pasar negara-negara sekitarnya," terangnya.
Dilihat secara kuantitatif, pada Januari 2021 nilai ekspor ke beberapa kawasan potensial kerja sama tumbuh cukup tinggi. Ekspor ke Afrika Selatan tumbuh 138,15% YoY dan Afrika Timur tumbuh 57,7% YoY. Selain itu, ekspor ke beberapa kawasan yang sudah memiliki perjanjian kerja sama perdagangan juga tumbuh cukup baik. Untuk kawasan Asia Tenggara pertumbuhannya 10,86% YoY, sementara Australia tumbuh 22,77% YoY.
Insentif lain sebagai kontribusi perjanjian perdagangan bagi ekonomi Indonesia adalah meningkatnya investasi di berbagai sektor. Meluasnya pasar dan makin mudahnya produk-produk alternatif untuk dipasarkan meningkatkan minat investor dalam berbagai skala, baik di investasi dalam negeri maupun luar negeri. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi meningkat seiring dengan penyerapan tenaga kerja dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Untuk itu, Kemendag berniat menyelesaikan target-target perjanjian perdagangan secepat mungkin. Untuk tahun ini ditargetkan 12 perjanjian perjanjian perjanjian perdagangan baru termasuk IEU-CEPA yang saat ini sedang memasuki perundingan putaran ke-10. Wamendag menyebut kerja sama dan dukungan stake holder sangat dibutuhkan di sini. Ia ingin agar perjanjian perdagangan bukan hanya memenuhi target dari segi kuantitas tetapi juga kualitas.
“Perjanjian perdagangan harus memenuhi kebutuhan pelaku usaha dan masyarakat secara umum. Karena itu kami berharap semua stake holder berkontribusi dengan memberikan masukan dan ikut memberikan support atas isu-isu krusial misalnya dalam isu kelapa sawit,” kata Wamendag.
Selanjutnya: Kementerian Perdagangan realisasikan anggaran 93,31% di tahun 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News