Reporter: Abdul Basith Bardan | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo menyampaikan kemungkinan ekonomi Indonesia akan anjlok pada kuartal kedua tahun 2020. Akibat pandemi virus corona (Covid-19) pada kuartal kedua diprediksi pertumbuhan ekonomi minus 4,3%.
Namun hal itu dinilai lebih baik karena opsi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diambil selama penanganan Covid-19.
Baca Juga: Program B100 Jokowi berhasil diwujudkan, Pertamina kini punya bahan bakar 100% sawit
"Saya enggak bisa bayangin kalau kita dulu lockdown gitu mungkin bisa minus 17%," ujar Jokowi saat memberi arahan kepada kepala daerah seperti dikutip dari laman setkab.go.id, Rabu (15/7).
Asal tabu saja, pada kuartal pertama lalu, Indonesia masih mencatatkan hasil positif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama sebesar 2,97%.
Meski begitu situasi Covid-19 menimbulkan ketidakpasitan ekonomi global. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyampaikan pada 3 bulan sebelumnya IMF meprediksi pertumbuhan ekonomi global minus 2,5%.
Angka tersebut pun berubah berdasarkan prediksi Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi lebih anjlok lagi sebesar minus 5%. Berikutnya Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) juta menyampaikan perubahan atas prediksi tersebut.
Baca Juga: Agar selamat dari resesi, Jokowi minta kepala daerah genjot belanja
"Terakhir sudah berada pada angka minus 6% sampai minus 7,6%. Betapa beratnya situasi ini," terang Jokowi.
Perubahan pun dialami oleh Indonesia yang sebelumnya diprediksi masih mencapai hasil positif. Namun, OECD menyampaikan seluruh negara akan mengalami minus pertumbuhan ekonomi tahun 2020 ini.
"Minus semuanya, negara-negara minus, enggak ada yang plus semua. Padahal di awal, IMF itu memperkirakan masih plus, (negara) yang plus itu China, India, Indonesia," jelasnya.
Baca Juga: Asyik, Jokowi bagi-bagi modal Rp 2,4 juta ke pedagang kecil
Oleh karena itu Jokowi meminta pemerintah daerah untuk menggenjot belanja yang dapat mengerek ekonomi Indonesia. Meski begitu upaya tersebut juga harus seimbang dengan penanganan penyebaran Covid-19.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News