Reporter: Irma Yani | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Defisit perdagangan Indonesia terhadap China terkait pelaksanaan perdagangan bebas diprediksi masih akan terus berlanjut.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan memprediksikan bahkan trennya defisit perdagangan Indonesia akan membesar. Tahun lalu, defisit perdagangan Indonesia dengan China sekitar US$ 5 miliar.“ Namun, seberapa besar defisit perdagangan itu akan melebar, saya belum bisa menjelaskan secara detail,” ujarnya.
Rusman bilang, yang terpenting laju ekspor dan impor antara Indonesia dengan China bisa dinamis dengan tetap arahnya memperkecil defisit perdagangan. Indonesia tidak perlu menahan atau menurunkan impor dari China, sepanjang ekspor Indonesia juga meningkat.
Rusman memaparkan, berdasarkan data BPS, impor RI terbesar dari China masih didominasi oleh barang-barang elektronik. BPS mencatatkan, pada Januari-Maret 2011 ketiga terbesar barang-barang impor China ialah telepon seluler yang mencapai US$ 263 juta, laptop US$ 234 juta, dan transmisi radio-telephone lainnya sebesar US$ 93 juta.
Sementara itu, untuk buah-buahan segar, BPS mencatatkan impor Indonesia selama kuartal I 2011 mencapai US$ 85 juta. Menurutnya, barang-barang impor dari China memang tidak bisa dibendung masuk ke Indonesia karena harganya murah dan kompetitif.
Sementara, ekspor terbesar dari Indonesia ke China ialah komoditi karet sebesar US$ 415 juta. Selain itu, batubara untuk memasak US$ 285 juta, dan batu bara untuk keperluan lain US$ 252 juta.
Rusman memaparkan, pada Maret 2011 defisit neraca perdagangan RI dengan China mencapai US$ 668,4 juta. Sehingga, total defisit perdagangan Indonesia dengan China pada kuartal pertama 2011 mencapai US$ 1,65 miliar. “Karena tren defisit perdagangan dengan China membesar, surplus perdagangan RI kecenderungannya menurun,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News