Reporter: Abdul Basith, Grace Olivia | Editor: Adinda Ade Mustami
Meski demikian, pihaknya akan melihat apakah penurunan harga minyak mentah dunia merupakan situasi yang berlangsung hanya dalam jangka pendek hitungan bulan, atau jangka panjang yaitu hitungan kuartal atau semester.
Yang jelas, ia sudah punya ancang-ancang. "Saat ini, kami mengindikasikan defisit itu ada dalam kisaran antara 2,2% hingga 2,5% (terhadap Produk Domestik Bruto)," tandas Sri Mulyani.
Fitch Solutions Group sebelumnya juga memperkirakan memprediksi, pelebaran defisit APBN tahun ini bakal mencapai 2,5% terhadap PDB. Adapun perkiraan sebelumnya, hanya sebesar 1,8% terhadap PDB.
Baca Juga: Virus Corona Bikin Defisit Anggaran Makin Melebar
Ekonom Bank UOB Enrico Tanuwidjaja memproyeksi, harga minyak mentah tidak akan pulih mencapai level yang diasumsikan pemerintah di atas US$ 60 per barel. Sebab itu, penerimaan negara dari sektor migas hampir dapat dipastikan semakin jauh dari target.
"Untuk bisa mencapai titik US$ 63 itu agak challenging. Peluang shortfall penerimaan migas bisa besar dan ini sekali lagi menjadi wake-up call bagi pemerintah untuk tidak bisa lagi mengandalkan penerimaan dari sektor migas," kata Enrico kepada KONTAN, kemarin.
Enrico mengatakan, sejak awal ia memprediksi pelebaran defisit pada tahun ini akan berada di atas target yaitu sebesar 2,15% dari PDB.
Namun demikian, "Kalau ada tambahan stimulus-stimulus fiskal dan risiko perekonomian sekarang dengan wabah Covid-19 maka defisit bisa mendekati 3% atau paling minimal 2,5% dari PDB,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News