Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Khomarul Hidayat
Tina mengaku kondisi PMA dalam negeri sejalan dengan tren global. “Prediksi penurunan foregn direct investment (FDI) juga disampaikan oleh World Econonim Forum (WEF) yang menyebutkan estimasi penurunan FDI 30-40% akibat Covid-19,” ujar Tina.
Di sisi lain, daftar investasi mangkrak sebesar Rp 708 triliun masih menjadi kendala BKPM di tahun ini. Salah satu yang terbesar adalah proyek pembangunan kompleks kilang minyak dan petrokimia di Tuban, Jawa Timur yang ditaksir mecapai Rp 211,9 triliun yang terkendala masalah perizinan lahan.
Secara kepemilikan, proyek kilang minyak tersebut merupakan usaha patungan antara PT Pertamina (Persero) sebesar 55% dan Rosneft PJSC senilai 45%. Proyek ini bagian dari New Grass Root Refinery (NGRR) yang dibangun Pertamina untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri dan memproduksi petrokimia.
Kendati demikian, sambil mengejar investasi mangkrak, BKPM akan mengarahkan sektor manufaktur, kesehatan, dan hilirisasi menjadi lokomotif investasi pasca pandemi. “Ini bertujuan untuk menciptakan investasi yang berkualitas dan inklusif, termasuk mengupayakan pemerataan jawa dan luar jawa,” ujar Tina.
Baca Juga: BKPM percaya diri proyek ini bisa kurangi ketergantungan pada impor minyak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News