kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Virus corona dinyatakan pandemi global, begini respon Kadin


Kamis, 12 Maret 2020 / 20:07 WIB
Virus corona dinyatakan pandemi global, begini respon Kadin
ILUSTRASI. Medical officers wearing protective suits spray disinfectant in Gambir Station after Indonesia confirmed new cases of coronavirus disease (COVID-19), in Jakarta, March 3, 2020. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana


Reporter: Vendi Yhulia Susanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. World Health Organization (WHO) menyatakan wabah virus corona sebagai pandemi global. Menanggapi hal itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Indonesia, Rosan P. Roeslani menilai, hal itu akan berdampak pada sektor pariwisata dan turunannya.

Di antaranya, perhotelan, restoran usaha kecil dan menengah (UKM) yang bergerak di bidang pariwisata.

"Kita juga sudah menyampaikan kepada pemerintah, minggu kemarin sudah menyampaikan langsung kepada presiden bahwa diperlukan memang kebijakan-kebijakan relaksasi dalam bentuk kebijakan fiskal, kebijakan moneter, dan kebijakan relaksasi lainnya yang diperlukan dalam rangka kita menjaga daya beli masyarakat kita. itu yang penting ya," jelas Rosan, Kamis (12/3).

Baca Juga: Pemerintah batalkan lelang debt switch, sinyal pasar SBN juga terganggu

Rosan mengatakan, pihaknya akan mengantisipasi adanya penurunan produksi, permintaan dan pasokan. Apalagi perusahaan dalam negeri yang bahan bakunya berasal dari China.

"Kalau kita lihat ini terjadi penurunan seperti yang tadi saya sampaikan di suplai demand dan produksi. terutama perusahaan yang bahan bakunya bahan modalnya dari China, seperti elektronik, bahan baku pembuatan TV, kemudian farmasi, kemudian tekstil juga bahan baku tekstile terkendala. Ini yang coba kita antsipasi," ungkap dia.

Rosan mengaku, sulit untuk mencari substitusi dari negara lain. Ia menyatakan, bisa saja terdapat barang yang dimaksud. Akan tetapi harganya lebih mahal dari China.

Rosan berharap pasokan bahan baku dari Tiongkok tidak berhenti. Sebab, pabrik-pabrik di China sudah mulai berproduksi. "Kalau istilahnya udara langit Wuhan sudah kotor lagi karena pabrik sudah mulai jalan lagi," tutur Rosan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×