kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Vaksinasi Covid-19 harus digenjot meski kasus penularan menurun


Rabu, 01 Desember 2021 / 17:22 WIB
Vaksinasi Covid-19 harus digenjot meski kasus penularan menurun
ILUSTRASI. Vaksinasi Covid-19 tetap harus digeber meski kasus penularan menurun.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus mendorong percepatan vaksinasi Covid-19 meski kini laju penularan kasus mengalami penurunan. Justru menurunnya laju kasus penularan menjadi momen emas dalam akselerasi vaksinasi Covid-19.

Vaksinolog dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Dirga Sakti Rambe mengatakan, meski situasi terkendali namun masyarakat harus mengingat bahwa ancaman potensi gelombang ketiga masih tetap ada. Terlebih dengan adanya mobilitas masyarakat di saat Natal dan Tahun Baru (Nataru), serta adanya varian baru yang kini muncul di beberapa negara seperti omicron yang ramai dibicarakan.

"Penelitian menunjukkan bahwa saat tingkat penularan di masyarakat itu sedang rendah maka vaksinnya efektivitasnya akan optimal," kata Dirga dalam Dialog Produktif Rabu, Rabu (1/12).

Dirga mencontohkan saat bulan Juni-Juli lalu, terjadi serangan gelombang varian Delta di Indonesia, pada saat itu efektivitas vaksin lebih rendah. "Sekarang di masyarakat penularan terkendali maka saat ini kesempatan emas disaat kasus ditekan serendah mungkin ini kesempatan baik untuk meningkatkan cakupan vaksinasi," imbuhnya.

Namun sayangnya, Dirga menyebut, dalam dua pekan ini cakupan vaksinasi justru mengalami penurunan.

Baca Juga: Kemunculan varian Omicron mempercepat akhir pandemi Covid-19?

Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menuturkan, memanfaatkan kondisi laju kasus yang terkendali, pemerintah terus mempercepat pelaksanaan vaksinasi di tiap daerah.

Adapun langkah yang ditempuh ialah dengan sosialisasi masif kepada masyarakat bahwa vaksinasi harus tetap dilakukan meski kasus terkendali. Terlebih dengan munculnya varian baru di beberapa negara.

"Melakukan sosialisasi dan edukasi terus-menerus mengingatkan kepada masyarakat bahwa pandemi ini belum selesai. Kita bisa melihat bahwa varian yang mendominasi di negara kita ini adalah varian delta dan varian delta itu sampai saat ini sudah punya turunan sampai 22 varian, artinya varian delta sendiri terus bermutasi," jelasnya.

Meski demikian, Nadia menghimbau masyarakat agar tak panik dengan adanya temuan varian baru di beberapa negara. Namun masyarakat diminta untuk tetap displin dalam menjalankan protokol kesehatan meski telah mendapatkan vaksinasi dua dosis. Serta bagi yang belum mendapatkan vaksinasi diminta untuk segera mendapatkan vaksinasi.

"Muncul kembali varian baru yang kita kenal varian omicron. Artinya kalau melihat kondisi [vaksinasi] menjadi penting dalam kondisi apapun. Selain tadi yang disampaikan dokter Dirga bahwa pada saat kasus turun maka efektivitas vaksin itu sangat baik," katanya.

Percepatan vaksinasi juga melibatkan kolaborasi pentahelix dengan menggandeng tokoh masyarakat, tokoh agama terutama di wilayah desa-desa yang jauh dari perkotaan dalam mensosialisasikan vaksinasi.

Selain itu, pemerintah pusat juga mendorong pemerintah daerah baik kabupaten/kota untuk mencari inovasi-inovasi dalam percepatan vaksinasi. Nadia menyebut inovasi percepatan vaksinasi ditiap daerah dapat dilakukan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing

"Contohnya seperti yang dilakukan oleh pemerintah daerah Sumatera Barat yang kalau kita lihat provinsi Sumatera Barat itu yang tadinya cakupan vaksinasinya sekitar 30% saat ini sudah sangat cepat bahkan sampai dengan 60% peningkatan," ujar Nadia.

Baca Juga: Arab Saudi laporkan kasus omicron pertama yang berasal dari Afrika utara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×