Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Vaksin nusantara terus menuai polemik. Terbaru muncul dukungan terhadap Badan Pemeriksa Obat Makanan (BPOM) yang memutuskan belum memberikan izin atas vaksin nusantara untuk uji klinis kedua.
Lewat peryataan sikap, ratusan tokoh nasional dari berbagai unsur memberikan peryataan lewat sikap gabungan bertajuk: "Tim BPOM Majulah Terus".
Dibacakan oleh pakar tata kelola pemerintahan dan reformasi birokrasi, Natalia Soebagjo, peryataan sikap itu menyebutkan bahwa setiap penelitian vaksin perlu diputuskan oleh lembaga yang memiliki otoritas, perlu diputuskan oleh lembaga negara yang memiliki otoritas.
Baca Juga: Lembaga Eijkman: Ada inkonsistensi protokol penelitian terkait vaksin nusantara
Dan, “Kita punya Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia atau BPOM RI," baca Natalia dalam jumpapers virtual yang diselenggarakan Sabtu (17/4).
Tokoh-tokoh nasional ini dalam peryataannya berpegang pada pendirian BPOM yang merupakan badan resmi di Indonesia dan bekerja berdasarkan prosedur-prosedur dan integritas ilmiah.
Pernyataan dukungan terhadap BPOM ini, disampaikan Natalia, berdasarkan kepercayaan ratusan tokoh terhadap kinerja BPOM yang sudah puluhan tahun mengawal berbagai uji klinis obat-obatan serta vaksin.
"Biarkan BPOM bekerja tenang bersama tim pakarnya. Kami percaya pada integritas keilmuan dan independensi mereka. Selama ini, BPOM telah mengabdi untuk menjaga kesehatan masyarakat di negara kesatuan Republik Indonesia," papar Natalia membacakan pernyataan sikap gabungan itu.
Baca Juga: Disuntik vaksin nusantara, Aburizal Bakrie yakin dengan Terawan & pernah utang nyawa
Kata Natalia, mereka yang bekerja di BPOM telah membuktikan diri sebagai patriot tanpa banyak retorika. Teguh menghadapi tekanan dari mana saja dan akan didukung seluruh warga Republik Indonesia.
Terkait dengan Vaksin Nusantara yang memaksa melaksanakan uji klinis fase kedua, dengan menyuntikan sampel kepada Anggota DPR sebagai relawan beberapa hari lalu, para tokoh ini menilai sepatutnya itu tidak dilakukan.
"Setiap penelitian dan pengembangan vaksin dan obat kami hargai sebagai ikhtiar membuka kemungkinan baru melawan pandemi. Namun tentu dengan tetap mengindahkan asas-asas ilmiah," ucap Natalia. Sebab, hidup mati jutaan rakyat adalah taruhannya.
Adapun nama tokoh dari 105 tokoh yang mendukung gerakan sosial ini, antara lain A. Mustofa Bisri (Gus Mus), Ainun Najib, Ahmad Syafi’i Maarif, Akmal Taher, Alissa Wahid, Azyumardi Azra, Boediono (eks Wapres), Dicky Budiman, Emil Salim, Imam B. Prasodjo, Joko Anwar, Olga Lydia, Natalia Soebagjo, Pandu Riono, hingga Aktivis HAM Usman Hamid.
Selain tokoh, ada dua lembaga yang mendukung gerakan ini. Yakni, KawalCovid19.id dan Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives ,
Sebelumnya, dalam acara di Kompas TV, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban memastikan tak memiliki sentimen negatif terhadap penganggas vaksin nusantara yang tak lain mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto.
“Ada anggapan saya sentimen dengan Pak Terawan. Bahkan dikaitkan dengan terapi cuci otak dan sanksi terhadapnya. Saya nyatakan tidak ada sentimen itu," kata Prof Zubairi
Baca Juga: Soal vaksin nusantara, Kepala BPOM: Saya tidak mau komentari lagi
Ia meragukan Vaksin Nusantara karena belum mengantongi izin dari BPOM, uji klinis I Vaksin Nusantara juga masih meragukan. "Saya akan sentimen pada vaksin yang diduga mengabaikan kaidah ilmiah. Tidak ada yang personal," tegasnya
Adapun Kolonel CKM dr. Jonny, SpPD-KGH (Peneliti Utama Vaksin Nusantara RSPAD Gatot Subroto) dalam acara yang sama yakni dialog Rosiana Silalahi di Kompas TV menyebut semua penelitian atas vaksin corona mengikuti kaidah penelitian.
“Saya koreksi (pertanyataan Anda) bahwa vaksin ini lebih baik dari vaksin lain. Bukan begitu, vaksin ini belum bisa dibuktikan lebih baik dari vaksin lain karena masih masa dalam masa pandemi.
Pada penelitian vaksin nusantara diberikan kepada para sukarelawan yang belum pernah terpapar virus corona, termasuk mereka yang belum divaksin corona.
Baca Juga: Mulai Aburizal Bakrie hingga Siti Fadilah, berikut daftar relawan vaksin Nusantara
Adapun para relawan anggota dewan, kata Jonny, yang sudah mendapatkan vaksin corona juga tidak akan menjadi objek penelitian. Maka, kata Jonny, screnning dilakukan.
”Kami mengucapkan terimakasih atas kesediaan mereka, tapi kami juga berpegang syarat penelitian,” ujarnya.
Tim Terawan ini menegaskan, penelitian ini ingin membuktikan dulu vaksin ini bermanfaat. Kelak, jika ini terbukti bermanfaat, bisa diproduksi masal dan bisa dipakai untuk semua kalangan.
Jonny juga menyakinkan bahwa penelitian harus dilakukan dengan jujur, data yang akurat, dan kaidah-kaidah etik penelitian . “Kami akan berusaha mentaati kaidah penelitian yang baik, meski penelitian dilakukan cepat di tengah pasokan vaksin yang terbatas,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News