kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.777   19,00   0,12%
  • IDX 7.467   -12,81   -0,17%
  • KOMPAS100 1.154   -0,21   -0,02%
  • LQ45 915   1,11   0,12%
  • ISSI 226   -0,98   -0,43%
  • IDX30 472   1,27   0,27%
  • IDXHIDIV20 570   2,21   0,39%
  • IDX80 132   0,15   0,11%
  • IDXV30 140   1,01   0,73%
  • IDXQ30 157   0,31   0,20%

Utang luar negeri swasta naik, ekonom: Mencerminkan sektor swasta ekspansif


Senin, 17 Juni 2019 / 20:06 WIB
Utang luar negeri swasta naik, ekonom: Mencerminkan sektor swasta ekspansif


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan Utang Luar Negeri (ULN) swasta menyebabkan total ULN April 2019 tumbuh 8,7% atau sebesar US$ 389,3 miliar. Jumlah ULN swasta tercatat mencapai US$ 199,6 miliar atau tumbuh 14,5%.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, pertumbuhan ULN di sektor swasta tersebut cukup menggambarkan kondisi ekonomi atau kondisi bisnis yang sehat. Pasalnya pertumbuhan ULN sektor swasta tersebut dibarengi dengan perlambatan pertumbuhan ULN pemerintah yang hanya tumbuh 3,4% yoy.

"Ini tren yang cukup baik, karena dari sisi pemerintah kan terbatas ruang perekonomian karena defisit APBN tidak boleh lebih dari 3%," jelas David saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (17/6). 

David menambahkan kondisi ini cukup mencerminkan bahwa sektor swasta cukup ekspansif. Pasalnya sektor swasta lebih banyak melakukan capital spending. Adapun ULN sektor swasta terbagi menjadi dua keperluan yaitu modal kerja dan investasi.

Tercatat ULN swasta untuk modal kerja sebesar US$ 112 miliar atau naik 11,22% yoy, sedangkan untuk keperluan investasi sebesar US$ 65,17 miliar atau tumbuh 16,8% yoy.

Dia menambahkan, ke depan apabila investasi asing maupun domestik semakin baik maka ULN swasta juga akan terus meningkat. Apalagi setelah S&P menaikkan peringkat Indonesia dari BBB-/stable ke BBB/stable. Kendati begitu, David menjelaskan pemerintah tetap perlu memperhatikan kemampuan bayar utang.

"Perlu diwaspadai,jangan sampai utang naik tidak dibarengi kemampuan bayar, kalau kita lihat DSR cenderung turun, itu yang harus diperkuat," ujar David.

Debt Service Ratio (DSR) pada April 2019 tercatat 25,77% yoy. Angka tersebut memang mengalami kecenderungan menurun. Terutama pada kuartal I-2017 yang sempat tercatat 33,15% yoy.

DSR adalah rasio pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap penerimaan transaksi berjalan. DSR menggambarkan kemampuan membayar utang. Semakin kecil rasionya maka semakin baik kemampuan membayar utang.

David juga menambahkan ke depan investasi yang masuk harus diperkuat terutama yang berorientasi ekspor. Pasalnya ini membantu juga meningkatkan kemampuan membayar utang. Sebab apabila utang meningkat maka sumber pembayarannya berasal dari devisa yang utamanya didapatkan dari ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×