Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Sejalan dengan kenaikan total utang luar negeri swasta Indonesia hingga akhir Maret lalu, utang luar negeri bank sentral juga menunjukkan peningkatan.
Berdasarkan laporan utang luar negeri yang dirilis Bank Indonesia (BI), total ULN bank sentral akhir Maret 2017 mencapai US$ 4,09 miliar. Jumlah tersebut meningkat 19,94% dibandingkan posisi pada akhir kuartal keempat tahun lalu yang tercatat sebesar US$ 3,41 miliar.
Walaupun angka itu turun 20,58% year on year (YoY). Akhir kuartal pertama tahun lalu, posisi ULN bank sentral mencapai US$ 5,15 miliar.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, kenaikan ULN bank sentral tersebut salah satunya disebabkan oleh penerbitan Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas. Penerbitan SBBI valas tersebut dilakukan dalam rangka stabilitas kebijakan moneter.
Catatan BI, selama kuartal pertama tahun ini bank sentral telah menerbitan SBBI valas sebanyak tiga kali dengan total nilai sebesar US$ 1,38 miliar. Di Januari, BI menerbitan SBBI valas sebesar US$ 580 juta serta di Februari dan Maret masing-masing sebesar US$ 400 juta.
"Makanya itu tercermin di cadev (cadangan devisa) yang meningkat," kata David kepada KOTAN, Rabu (17/5). Posisi cadev Indonesia per akhir Maret tercatat US$ 121,8 miliar, naik US$ 5,4 miliar dibanding posisi pada akhir Desember tahun lalu yang sebesar US$ 116,4 miliar.
Oleh karena itu menurut David, peningkatan ULN bank sentral juga mencerminkan kepercayaan investor. BI juga mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) Januari hingga Maret 2017 terapresiasi 1,09%.
Di bulan April lalu, BI kembali menerbitkan SBBI valas senilai US$ 400 juta. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab kenaikan cadev hingga akhir April ke posisi US$ 123,2 miliar.
David memperkirakan, ULN bank sentral April akan kembali naik. Namun menurutnya, peran pemerintah dalam penerbitan obligasi valas ke depan akan lebih tinggi dibandingkan BI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News