Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pertumbuhan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia di akhir kuartal I lalu memperlihatkan pelambatan. Meski begitu, pelambatan laju utang belum tentu selalu positif.
Catatan BI, ULN Indonesia pada akhir kuartal pertama 2017 di posisi US$ 326,3 miliar, tumbuh 2,9% year on year. Dari jumlah tersebut, ULN sektor swasta tumbuh 3,6%, lebih baik ketimbang kuartal IV-2016 yang tumbuh 5,5%.
Lebih rinci lagi, ULN untuk modal kerja turun 1,14%, sedangkan untuk refinancing yang naik 10,54%.
"Kalau yang naik ULN untuk modal kerja itu bagus. Tetapi kalau untuk refinancing, berarti dia hanya tambah utang baru untuk bayar utang lama," kata Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih saat dihubungi KONTAN, Selasa (16/5).
Peningkatan utang untuk modal kerja bisa menggambarkan optimisme terhadap ekonomi domestik. Lana menilai, pihak swasta masih akan menahan ULN lantaran masih adanya ketidakpasitan ekonomi.
"Kalau pun ada penerbitan obligasi korporasi, akan terbatas karena kondisi ekonomi belum jelas naiknya seberapa. Masih banyak ketidakpastian. Minimal swasta masih akan melihat satu kuartal lagi," tambahnya.
Sementara perkembangan rasio ULN Indonesia dilihat Lana masih dalam batas yang wajar. Catatan BI, rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) di akhir kuartal pertama tahun ini tercatat relatif stabil di kisaran 34% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dibandingkan akhir kuartal keempat tahun lalu dan lebih rendah dibandingkan dengan kuartal pertama tahun lalu yang sebesar 37% dari PDB.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News