Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) sedang menginisiasi pilot project program Hilirisasi Produk Sawit Rakyat melalui inovasi minyak makan merah, sebagai functional product (food dan non food) melalui koperasi.
Nantinya dalam program tersebut digunakan teknologi produksi sederhana untuk mengolah CPO, hingga dapat menghasilkan produk akhir berupa minyak makan merah yang lebih sehat dari minyak goreng komersil karena mempertahankan fitonutrien-nya (Vit A, Vit E dan Squalene).
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menjelaskan, inovasi minyak makan mentah bahkan dapat menjadi solusi mengatasi gizi buruk atau stunting pada anak. Disamping itu ini dapat dikembangkan menjadi bahan baku kosmetik dan sabun.
Untuk itu Teten mengatakan, strategi yang dilakukan yaitu pendampingan kelembagaan koperasi. Kemudian, perluasan akses pembiayaan untuk koperasi melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan UMKM sebagai modal kerja berkolaborasi dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), untuk modal investasi dan BRI dengan skema KUR Klaster bagi kelompok petani.
Baca Juga: Pemerintah Ingin Pembangunan Pabrik Minyak Makan Merah oleh Koperasi Dipercepat
Strategi lain yakni, bersama Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Kota Medan, telah dilaksanakan pilot plant teknologi minyak makan merah. Pengembangan SNI produk baru Minyak Makan Merah oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN), serta piloting pengembangan minyak makan merah oleh koperasi di 6 provinsi yakni Sumatra Utara, Riau, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selata dan Kalimantan Barat.
"Adanya inovasi minyak makan merah ini akan mewujudkan kemandirian sawit rakyat melalui hilirisasi produksi sawit dari TBS ke CPO, dan dari CPO ke minyak makan merah oleh koperasi untuk meningkatkan nilai tambah petani sawit," kata Teten dalam siaran pers, Minggu (3/7).
Harapannya inisiasi ini dapat berjalan dengan baik, karena tahapan diawali dengan adanya inovasi, kemudian terbangunnya kolaborasi, yang selanjutnya ada akselerasi dari berbagai pihak, sehingga dapat memberikan hasil sesuai yang diharapkan bersama.
Oleh karenanya Teten mengajak KUD Tiku V Jorong untuk mengolah kelapa sawit jadi CPO dan minyak makan merah secara mandiri.
Baca Juga: Kejar Pertumbuhan Pendapatan Tahun 2022, Simak Strategi Mahkota Group (MGRO)
"Saya sudah bicara dengan Pak Menteri Pertanian agar juga bisa menyediakan bibit tanaman bersertifikat, sehingga produk yang dihasilkan berkualitas. Ada teknologinya di Medan bagaimana kelapa sawit CPO ini menjadi minyak makan merah," kata Teten.
Indonesia merupakan negara produsen terbesar minyak sawit dunia, yang total produksi sawitnya menembus 50 juta ton per tahun.
Namun dari data Badan Pusat Statistik, tahun 2020 sebanyak 14,59 juta hektar total luas perkebunan sawit di Indonesia, dimana hanya sekitar 6,04 juta hektare atau 41% dikelola oleh petani swadaya dan 35% di antaranya adalah hasil dari sawit rakyat. Dengan cakupan tersebut, hilirisasi kelapa sawit oleh rakyat dinilai belum optimal.
Diketahui, dengan total produksi sawit Indonesia menembus 50 juta ton per tahun, maka Indonesia menjadi negara produsen terbesar minyak sawit dunia. Namun demikian, tingkat produktivitas rata-rata per tahun baru mencapai 2,30%, atau masih rendah dibandingkan negara tetangga Malaysia.
Malaysia sendiri sudah mencapai produktivitas sebesar 6,49% per tahun dan Thailand sebesar 29,17% per tahun, dengan kualitas bibit tanaman bersertifikat.
Baca Juga: Disokong Lonjakan Harga CPO, Mahkota Group (MGRO) Bidik Pendapatan Rp 12 Triliun
Pengurus KUD Tiku V Jorong Darwan yang mewakili Ketua KUD Tiku V Jorong AM Datuak Bandaharo mengatakan, saat ini KUD mengelola sekitar 3.000 hektar lahan pertanian kelapa sawit. Dengan 3.700 anggota petani, KUD memiliki aset sekitar Rp142 miliar dan telah berusia 30 tahun.
"Dana yang sudah kita dibagikan ke peserta KUD sebanyak Rp136 miliar, dengan masing-masing peserta hasil mendapat Rp221 juta per keluarga," katanya.
Dalam mengatasi terjadinya penurunan harga sawit, KUD Tiku V Jorong mencari cara agar kelapa sawit bisa tetap terjual dengan harga wajar di pasaran.
"Saat ini kami memiliki harapan untuk membangun sebuah pabrik pengolahan kelapa sawit menjadi minyak goreng, agar CPO tidak terlalu banyak ekspor dan kami bisa mengolahnya sendiri. Mulai dari lahan seluas 16,5 hektar, kelengkapan dokumen hingga izin pendirian pabrik sudah kami siapkan. Kami mohon dukungannya kepada KemenKopUKM," ungkapnya.
Untuk rencana pembangunan pabrik pengolahan CPO tersebut, Teten mendukung berdirinya pabrik pengolahan kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil), minyak goreng hingga minyak makan merah oleh koperasi petani sawit di Kabupaten Agam, Sumatra Barat, terlebih setelah mendengarkan langsung curahan hati para petani sawit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News