Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, dipangkasnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) ke level 4,25% pada Jumat (22/9) menjadi indikator bahwa prospek perekonomian Indonesia masih cukup bagus.
"BI ingin perbankan dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi," kata Bhima kepada KONTAN setelah pengumuman suku bunga. Menurut Bhima, langkah BI tersebut akan disambut positif oleh pelaku pasar keuangan.
Ia memperkirakan, dampak dari dua kali pemangkasan BI 7-day reverse repo rate sebesar 50 basis points (bps) sejauh ini membutuhkan waktu cukup lama untuk transmisi ke pertumbuhan kredit. "Bisa tiga hingga enam bulan. Jadi baru dirasakan di awal tahun 2018," tambahnya.
Bhima melihat, setelah penurunan ini ruang pelonggaran akan sempit. Demikian juga dengan ruang pelonggaran moneter 2018. Hal ini sejalan dengan rencana The Fed yang menunda kenaikan suku bunga di sisa tahun 2017, sehingga akan naik sebanyak tiga kali di tahun depan.
Tak hanya itu, inflasi di tahun depan juga masih sulit diprediksi lantaran adanya kekhawatiran perubahan cuaca yang berpotensi menurunkan produksi pangan. Ujung-ujungnya, inflasi bisa naik melebihi target 3,5%. "Tahun depan likuiditas cenderung mengetat. Di saat itu baru BI bisa berpikir ulang untuk tahan atau menaikkan suku bunga acuan," kata Bhima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News