kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Turunkan Biaya Investasi, Pembangunan Infrastruktur Digalakkan


Senin, 05 Februari 2024 / 16:45 WIB
Turunkan Biaya Investasi, Pembangunan Infrastruktur Digalakkan
ILUSTRASI. Pembangunan infrastruktur seperti proyek strategis nasional (PSN) akan terus ditingkatkan agar biaya investasi di Indonesia menjadi murah.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pembangunan infrastruktur seperti proyek strategis nasional (PSN) akan terus digalakkan agar biaya investasi di Indonesia menjadi murah.

Sebagaimana yang sudah diketahui, Indonesia merupakan negara dengan kepulauan terbesar di dunia, sehingga akses transportasi dari satu wilayah ke wilayah lain belum merata.

Dalam Laporan Perekonomian Bank Indonesia (BI) 2023 menyebutkan, dengan pembangunan infrastruktur khususnya di sektor riil akan menciptakan pertumbuhan investasi yang lebih tinggi dari skenario baseline yaitu dari sekitar 5,79% menjadi 5,94% pada 2028.

Dengan pengembangan konektivitas infrastruktur juga, biaya investasi atau Incremental Capital Output Ratio (ICOR) akan turun dari 5,47% menjadi 5,35% dalam periode yang sama.

“Proyeksi ini menunjukkan pentingnya sinergi kebijakan transformasi sektor riil dalam mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, baik melalui kenaikan modal maupun produktivitas sesuai pendekatan Endogenous Growth Model,” seperti dikutip dari laporan BI tersebut, Senin (5/2).

Baca Juga: Airlangga Ingin Turunkan Biaya Investasi Guna Genjot Ekonomi RI ke Level 7%

BI juga menyampaikan, investasi bisa meningkat dengan pengembangan konektivitas infrastruktur yang mendukung kebijakan hilirisasi industri dan ekspor SDA, yang pada umumnya merupakan industri pertambangan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta industri pengolahan dan berbagai turunannya di wilayah Jawa, sehingga makin memperkuat mata rantai pasokan nasional.

Demikian pula pengembangan konektivitas infrastruktur untuk mendukung kebijakan pariwisata ke 5 destinasi super prioritas secara terintegrasi perlu diteruskan.

Arah strategi kebijakan pembangunan konektivitas infrastruktur seperti ini menjadi pertimbangan dalam implementasi PSN ke depan. Hal ini sekaligus juga sebagai dasar untuk kebijakan perdagangan dan investasi luar negeri dengan negara mitra strategis, baik dalam mendukung pengembangan hilirisasi SDA maupun pariwisata.

Meski begitu, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menyampaikan, untuk menurunkan angka ICOR menjadi 5,35% pada 2028 cukup sulit.

Sebab ICOR yang mahal menunjukkan masih banyaknya korupsi, harga tanah yang meningkat cepat, biaya logistik yang masih mahal, pun dengan harga energi untuk industri yang juga maham.

Menurutnya, untuk menurunkan ICOR diperlukan gebrakan yang kuat pada kelembagaan. Disamping itu, berbagai kendala dalam transportasi logistik juga menjadi penyebab sulitnya menurunkan angka ICOR.

“Berbagai kendala logistik sebenarnya mungkin-saja saja, namun untuk menurunkan ICOR ini tidak mudah,” ungkapnya.

Baca Juga: Ini Saran Ekonom untuk Pemerintah Agar Efisiensi Investasi Meningkat

Untuk diketahui, ICOR merupakan salah satu parameter yang dapat menunjukkan tingkat efisiensi investasi di suatu negara. Semakin kecil angka ICOR, biaya investasi yang harus dikeluarkan semakin efisien juga untuk menghasilkan output tertentu.

Posisi ICOR pada 2023 tercatat sebesar 6,23%. Dalam skenarionya, pemerintah menginginkan angka ICOR terus menurun. Pada 2024 optimistis bisa turun menjadi 5,89%, pada 2025 turun menjadi 5,53%, pada 2027 turun menjadi 5,35%, dan pada 2028 optimistis turun menjadi 5,35%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×