kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tujuh kali BBM naik turun di era Jokowi


Kamis, 31 Maret 2016 / 11:09 WIB
Tujuh kali BBM naik turun di era Jokowi


Reporter: Agus Triyono, Muhammad Yazid, Ragil Nugroho | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Inilah rekor baru Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kurang dari 1,5 tahun menjabat presiden, rezim Jokowi sudah tujuh kali mengutak-atik harga bahan bakar minyak (BBM).

Paling baru, kemarin (30/3), pemerintah menurunkan harga premium dan solar masing-masing sebesar Rp 500 per liter. Harga baru itu berlaku mulai 1 April 2016. Banderol premium turun menjadi Rp 6.450 per liter dan solar menjadi Rp 5.150 per liter.

"Penurunan ini tidak berlaku untuk minyak tanah," kata Sudirman Said, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Kantor Presiden, Rabu (30/3).

Dwi Sucipto, Direktur Utama PT Pertamina menambahkan, penurunan tersebut akan dijaga sampai enam bulan sampai September 2016. Itu untuk mencegah gejolak harga kebutuhan pokok, khususnya saat puasa dan Lebaran pada Juni sampai Juli.

Penurunan harga bensin kali ini mencapai 7%. Idealnya, tarif angkutan dan transportasi juga turun. Apalagi, sejak awal tahun ini, harga BBM turun rata-rata 10%, setelah Januari lalu turun sekitar 3%.

Sejauh ini, Kementerian Perhubungan hanya mewajibkan penurunan tarif angkutan sebesar 3% saja. Pelaksanaan penurunan tarif angkutan ini diserahkan kepada pemerintah daerah.

"Kami segera mengirim surat ke setiap pemda agar menyesuaikan tarif angkutan," kata Jonan. Namun, besaran penurunan harga BBM yang hanya Rp 500 per liter, tak lepas dari kritik.

Ekonom Bank Mandiri yang juga mantan anggota tim anti mafia migas, Dendi Ramdani, menilai, harga premium sebenarnya bisa turun lebih dalam lagi. Sebab, dengan rata-rata harga minyak mentah di pasar dunia berada di kisaran US$ 35 per barel, harga wajar premium saat ini di kisaran Rp 4.000 per liter.

Dia membandingkan, harga bensin Ron 95 atau setara Pertamax Plus di Malaysia sekitar Rp 5.400 per liter. Alhasil, "Seharusnya premium di Indonesia bisa turun menjadi Rp 4.000 per liter," tandas Dendi.

Lantaran hanya turun sedikit, dia meragukan beleid harga BBM kali ini mampu mengerek daya beli masyarakat. Namun demikian, Dendi menilai penurunan BBM bisa menurunkan tren inflasi tahunan. Prediksinya, inflasi akan turun dari target 5% menjadi 4,5% di akhir tahun.

Arief Hartawan, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) menyatakan, penurunan harga BBM berdampak positif terhadap pengendalian inflasi. BI yakin target inflasi sebesar 4% plus minus 1% akan tercapai pada akhir 2016.

"Inflasi akan terkendali dan tidak bergejolak," katanya. Ia juga memprediksi bahwa kebijakan tersebut juga akan membuat harga-harga komoditas di dalam negeri tetap stabil.

"Namun tarif listrik berpotensi turun lagi dengan melihat perkembangan harga minyak," ujar Arief.

Berdasarkan catatan Biro Riset KONTAN dalam beberapa tahun ke belakang, penurunan harga BBM efektif menurunkan inflasi tahunan. Berdasarkan tren selama ini, satu bulan setelah harga BBM turun, harga barang dan jasa ikut turun. Tren tersebut berlaku sebaliknya jika harga BBM naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×