kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Triple Intervention, Salah Satu Jurus Andalan BI Halau Pelemahan Rupiah


Selasa, 30 Januari 2024 / 12:56 WIB
Triple Intervention, Salah Satu Jurus Andalan BI Halau Pelemahan Rupiah
ILUSTRASI. Nilai tukar rupiah sempat anjlok, hampir tembus Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu. (KONTAN/Fransiskus Simbolon)


Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah sempat anjlok, hampir tembus Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu. 

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo angkat suara. Menurutnya, pelemahan nilai tukar rupiah tersebut hanya sementara atau dalam jangka pendek. 

Nah, pelemahan rupiah dalam jangka pendek tersebut, didorong oleh berita yang beredar yang sampai ke Indonesia. 

Baca Juga: Bos BI Sebut Ada Berita yang Bikin Rupiah Melemah

Karena pelemahan nilai tukar rupiah ini hanya dalam jangka pendek, Perry pun menegaskan kalau BI siap sedia untuk turun tangan. 

“Pelemahan rupiah ini jangka pendek, ya kami intervensi, lah! Kami hadir untuk stabilisasi agar pergerakan rupiah stabil dan lebih menguat sesuai fundamental,” terang Perry saat menjawab pertanyaan Kontan.co.id, Selasa (30/1) di Jakarta. 

Salah satu jurus andalan BI dalam menjaga stabilitas rupiah, adalah dengan triple intervention, atau intervensi di pasar spot, DNDF, dan pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder. 

“Kami di pasar, melakukan intervensi di pasar valas. Intervensi secara tunai? Langsung di pasar spot. Kalau intervensi secara forward? Lewat DNDF,” jelas Perry. 

Baca Juga: Masuk Tren Sideways, Rupiah Diproyeksi Bergerak di Rentang Rp 15.800 Per Dolar AS

Kemudian, saat dana asing hengkang di pasar sekunder, BI sign dengan membeli SBN di pasar sekunder agar menjaga likuiditas rupiah. 

Bahkan, Perry menyebut selama tahun berjalan 2024 BI telah membeli SBN, termasuk dari pasar sekunder sejumlah Rp 8,8 triliun. 

“Ini bagian dari koordinasi dengan Menteri Keuangan. Sama-sama untuk menstabilkan ekonomi juga dan sistem keuangan,” tuturnya. 

Meski demikian, Perry menegaskan kalau Rupiah secara fundamental tetap terjaga dengan baik. Didukung dengan neraca perdagangan, inflasi yang rendah, imbal hasil SBN dan saham yang baik, serta kondisi pertumbuhan ekonomi yang solid. 

 
 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×