Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren surplus neraca perdagangan barang diperkirakan masih berlanjut selama beberapa waktu ke depan, setelah pada Juni 2022, neraca perdagangan mencetak surplus untuk ke-26 kalinya.
Meski begitu, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman melihat tren surplus neraca perdagangan ke depan akan mengecil. Hal ini seiring dengan potensi nilai impor yang meningkat di tengah potensi penurunan kinerja ekspor.
“Impor diperkirakan mengejar ekspor, seiring dengan akselerasi permintaan domestik karena pemulihan ekonomi. Di sisi lain, peningkatan harga komoditas berpeluang melambat karena ancaman resesi global,” tutur Faisal kepada Kontan.co.id, Jumat (15/7).
Pemulihan ekonomi yang berlanjut serta makin ngegasnya mobilitas masyarakat memang diperkirakan akan meningkatkan volume impor, khususnya impor minyak untuk keperluan mobilitas.
Baca Juga: Neraca Perdagangan Semester I-2022 Surplus US$ 24,89 Miliar, Tertinggi dalam Sejarah
Sejalan dengan itu, peningkatan harga minyak diramal Faisal masih kuat, meski memang tidak setinggi peningkatan pada semester I-2022.
“Makanya ini akan membawa peluang bahwa impor akan mengejar kinerja ekspor sehingga surplus neraca perdagangan barang ada tendensi untuk menyusut pada paruh kedua tahun ini,” tambah Faisal.
Meski begitu, Faisal masih meyakini neraca perdagangan di sepanjang tahun 2022 akan berada di kisaran US$ 40 miliar hingga US$ 44 miliar, atau lebih tinggi dari capaian surplus neraca perdagangan di sepanjang tahun 2021 yang sebesar US$ 35,34 miliar.
Hal ini juga menimbang kondisi neraca perdagangan di sepanjang semester I-2022 yang tercatat surplus US$ 24,89 miliar, meningkat 110,22% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dan bahkan ini merupakan surplus semester I yang tertinggi sepanjang sejarah.
Baca Juga: Larangan Ekspor Dicabut, BPS Catat Nilai Ekspor CPO pada Juni 2022 Melesat 862,88%
Dengan kondisi tersebut, Faisal meyakini neraca transaksi berjalan masih membukukan surplus pada tahun 2022, yaitu sebesar 0,03% produk domestik bruto (PDB), meski surplusnya mengecil dari surplus pada tahun lalu yang sebesar 0,28% PDB.
Sejalan dengan ini, Faisal juga memperkirakan nilai tukar rupiah pada akhir tahun 2022 bergerak di kisaran Rp 14.765 per dolar Amerika Serikat (AS), meski memang melemah dari nilai tukar rupiah pada akhir tahun 2021 yang pada waktu itu tercatat Rp 14.253 per dolar AS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News