Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Tren inflasi rendah masih akan terjadi di akhir tahun ini. Bank Indonesia (BI) bahkan memprediksi inflasi pada Desember 2016 lebih rendah dari Desember 2016.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan, inflasi pekan pertama Desember 2016 yang cukup rendah telah memberikan gambaran tingkat inflasi bulan ini. Hasil survei harga mingguan yang dilakukan BI, pekan pertama bulan ini inflasi tercatat baru sebesar 0,18%.
Walau inflasi Desember biasanya baru meningkat pada minggu ketiga dan keempat menjelang Natal dan tahun baru, namun diperkirakan juga tidak terlalu tinggi. "Di minggu pertama masih rendah, di minggu kedua mudah-mudahan tidak terlalu tinggi," kata Juda, Kamis (15/12).
Dengan perkembangan survei inflasi di pekan pertama, Juda memproyeksikan, inflasi bulanan nasional Desember 2016 berada di bawah 1%, yaitu di kisaran 0,5%-0,6%.
Jika proyeksi BI tepat, maka inflasi Desember tahun ini lebih rendah dibanding inflasi Desember tahun lalu yang dicatatkan Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 0,96%. Perkiraan inflasi Desember 2016 sebesar 0,5%-0,6% masih sesuai tren inflasi Desember tahun 2011, 2012, dan 2013.
Bulan ini lebih stabil
Sementara inflasi Desember 2014 tercatat tinggi 2,46%. Tingginya inflasi saat itu dipengaruhi adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebagai dampak pencabutan subsidi oleh pemerintah.
Juda optimis inflasi akhir tahun berada di batas bawah sasaran inflasi BI sebesar 4% plus minus 1%. Diproyeksikan inflasi akhir tahun ini dikisaran 3%-3,2% year on year (YoY), lebih rendah dibanding tahun lalu sebesar 3,35% YoY.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga memperkirakan inflasi Desember tahun ini di kisaran 0,5%. Menurutnya inflasi Desember 2016 dipengaruhi tekanan harga pada beberapa komoditas pangan, terutama bumbu-bumbuan seperti cabai dan bawang. Inflasi bulan ini juga dipengaruhi tekanan transportasi menjelang Natal dan tahun baru.
Namun inflasi Desember 2016 lebih stabil dibanding periode sama tahun lalu. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar AS bulan ini yang cenderung stabil dibanding Desember tahun lalu.
Pada Desember 2015, nilai tukar rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Sport Dollar Rate (JISDOR) berada di kisaran Rp 13.600-Rp 14.000 per dollar AS. Hal ini mempengaruhi inflasi inti Desember 2015 yang cukup tinggi 3,95% YoY. Sementara nilai tukar rupiah sejak tanggal 1 hingga pertengahan Desember 2016 berada di Rp 13.200-Rp 13.500 per dollar AS.
Lebih stabilnya inflasi Desember 2016 juga dipengaruhi oleh harga yang diatur pemerintah (administered prices) yang lebih stabil. "Itu jadi faktor inflasi Desember tahun ini lebih stabil," kata Josua. Dia memperkirakan, inflasi akhir tahun 2016 berada di kisaran 3,2%-3,3% YoY.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News