kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tiga rekor baru dalam sepekan di tengah upaya pelacakan agresif Covid-19


Jumat, 12 Juni 2020 / 05:10 WIB
Tiga rekor baru dalam sepekan di tengah upaya pelacakan agresif Covid-19
ILUSTRASI. Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto saat memberikan keterangan di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (2/5/2020).(Dok. BNPB)


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Idealnya 30.000 tes

Kendati pelacakan agresif dapat mengungkap kasus positif Covid-19 lebih banyak, Yuri menilai, hal itu justru dapat berdampak positif dalam upaya pengendalian penyebaran virus. Pasalnya, mereka yang telah dinyatakan positif Covid-19 bisa melakukan isolasi mandiri untuk menyembuhkan penyakit itu.

"Ini adalah bukti, bahwa memang tracing yang agresif akan bisa menangkap begitu banyak kasus positif dan sudah barang tentu kita akan menginginkan kasus ini kemudian melakukan isolasi dengan sebaik-baiknya secara mandiri, agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang lain," kata dia.

Baca Juga: Gara-gara corona, Kementerian Keuangan tambah anggaran Pilkada 2020

Sementara itu, menurut Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, idealnya tes Covid-19 mencapai 30.000 spesimen per hari. "Memang mestinya nanti targetnya yang paling maksimal atau yang betul-betul bisa memenuhi standar WHO (World Health Organization) ya 30.000 itu kalau dibandingkan dengan perhitungan rasio jumlah penduduk," kata Muhadjir dalam video conference, pada 4 Juni lalu.

Namun, ia menambahkan, pemerintah tengah menuju target tersebut secara bertahap. Pelacakan besar-besaran yang akan dilakukan untuk mendeteksi pasien Covid-19 telah dinaikkan targetnya mencapai 20.000 tes per hari.

Baca Juga: Kota Depok sampai Kamis(11/6) menjadi kota dengan kasus terbesar corona di Jawa Barat

"Jangan sampai ada mata rantai yang terhubung tidak kita kenali. Karena itu kita perlu melibatkan relawan dan untuk ini sebetulnya menurut saya Tadi Pak Doni (Monardo) yang menyampaikan usahanya mahasiswa lulusan atau masih semester terakhirlah (menjadi relawan)," kata Muhadjir.

"Bisa jurusan kebidanan, jurusan keperawatan, kemudian sarjana kesehatan masyarakat itu untuk melakukan ini saya kira bisa untuk mem-back up dan ini dibutuhkan tenaga yang cukup besar," imbuh dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tiga Rekor dalam Sepekan di Tengah Tracing Agresif Covid-19..."
Penulis : Dani Prabowo
Editor : Dani Prabowo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×